Anda Belum Login,
silakan login atau register ?
Login Register
Pilih Edisi
Pilih Edisi
background
Buka Bisnis Kuliner di Zaman Digital
Reksadana Jagoan Penghasil Cuan

background
Tren Usaha Kuliner, Mengandalkan Aplikasi Pesan Antar
STRATEGI BISNIS | 26 Februari 2020
Tren Usaha Kuliner, Mengandalkan Aplikasi Pesan Antar

KONTAN.CO.ID - Jakarta.

Ayam geprek. Olahan ayam goreng tepung yang diulek dengan sambal bajak ini memang booming dalam dua tahun terakhir. Dengan berbagai bendera, para pengusaha ayam geprek bertebaran.

Maklum, olahan ayam memang tak kenal musim. Siapa saja suka. Dan unsur pedas dalam sambal menjadi bagian tak terpisahkan dari lidah masyarakat Indonesia.

Menu ayam geprek pun hits. Saking populernya, sepanjang tahun 2019 saja, pemesanan ayam geprek melalui aplikasi GoFood mencapai 300 juta porsi.

Selain ayam geprek, produk makanan yang juga hits tahun lalu adalah pisang goreng. GoFood mencatat, 2019 lalu pemesanan pisang goreng melalui GoFood mencapai 5 juta pisang goreng.

Dari segmen minuman, yang merajai pemesanan di GoFood adalah es kopi susu. Ordernya mencapai 15 juta gelas.  

Bisnis urusan perut memang tak ada kenyangnya. Selain kebutuhan pokok, tradisi apa pun di Indonesia selalu ada unsur makan-makan. Ditambah lagi tren, memesan makanan lewat aplikasi memang kian naik daun.

GoFood mencatat, dalam empat tahun terakhir, pemesanan melalui GoFood meningkat 30 kali lipat dengan rata-rata jumlah completed orders mencapai 50 juta per bulan. Pelanggan GoFood sendiri tercatat mencapai 20 juta. Mengalami peningkatan dua kalilipat dibandingkan dengan tahun 2018!

Tren terjadi karena pemesanan makanan melalui aplikasi ini  memberikan kemudahan dan pilihan menu yang bervariasi bagi konsumen.

Kemudahan yang didapat antara lain tak perlu capek menuju gerai untuk membeli makanan, tak perlu mengantre. Dengan aplikasi mereka tinggal klik dan makanan akan datang. Bahkan tak perlu menunggu lama.

Variasi juga banyak. Sebab, melalui aplikasi, pembeli bisa order makanan yang berbeda dari banyak gerai. Kalau beli sendiri tentu memakan waktu untuk mencari-cari gerainya. Serba praktis, pokoknya.

Tren ini kemudian dibaca oleh para pengusaha kuliner. Mereka berbondong-bondong meracik menu andalan untuk dijual. Demi merebut pasar para pemburu kenyang lewat aplikasi.

Tak perlu memikirkan anggaran modal untuk sewa gerai atau beli perabot banyak untuk gerai. Mereka cukup memanfaatkan dapur dan peralatan masak di rumah. Lalu mendaftar ke aplikasi  pemesanan makanan sebagai mitra atau merchant. Bila terverifikasi, Anda pun siap untuk terima orderan menu dari pemesan.

GoFood, sebagai salah satu aplikasi pemesan makanan, dalam empat tahun terakhir memiliki 500.000 mitra.  “Pada April 2018, mitra GoFood baru 125.000. Angka itu meningkat signifikan hingga di 500.000 mitra hingga sekarang,” ujar Catherine Hindra Sutjahyo, Chief Food Officer Gojek Group. Dari angka tersebut, 98% merupakan mitra dari segmen usaha mikro kecil menengah.

Gojek sendiri mulai menawarkan layanan GoFood pada tahun 2015. Dari mitra yang ada, setidaknya ada 16 juta item menu yang ditawarkan.

Salah satu pengusaha kuliner sukses berkat pemesanan makanan melalui aplikasi adalah Gilang Margi Nugroho dan Rachman Abdul Rachim. Dua pemuda yang mengusung usahanya dengan bendera Kepiting Nyinyir ini sejak awal menerapkan sistem take away. Jadi tak ada layanan makan di tempat.

Mereka menjadi mitra ojek daring untuk mengantarkan pesanan pada pembeli. Tak kurang dari ratusan porsi terjual setiap harinya. Kini, usaha yang sudah dirintis sejak tahun 2016 itu sudah memiliki empat cabang.

Pengalaman serupa juga dialami oleh Ahmad Fikri. Lelaki yang awalnya driver ojek online ini kini sukses membuka warung Ayam Penyet Jeletot Bonsar. Dengan memiliki 6 cabang.

“Awalnya, saya cuma memperhatikan di sekitar rumah saya, kok, banyak driver yang antar makanan. Ramai juga. Saya juga sering antar makanan dan kebanyakan menu ayam penyet atau ayam geprek,” kenang Ahmad.

Dari pengalaman itu, Ahmad terpikir untuk membuka usaha ayam penyet. Peminat banyak dan pengolahan mudah.

Dalam sebulan pertama menawarkan ayam penyet melalui aplikasi, Ahmad hanya menerima pesanan tiga porsi dengan total nominal yang didapat Rp 66.000. Tapi kini, setelah tiga tahun berjalan, dalam sebulan mampu terjual 1.200 porsi.

Kenaikan omzet juga dialami Akell Maharrino Azhar, pemilik usaha Dapur Ma’Iwul di Purwokerto. Tahun 2017 dia membuka usaha makanan olahan ibunya dengan sistem delivery order. “Ibu dan kakak yang masak, saya yang antar. Awalnya cuma dapat 5 orderan. Lalu meningkat jadi 20 orderan setiap hari,” ujar Akell yang baru berusia 25 tahun.

Tahun 2018, ketika Gojek masuk Purwokerto, Akell mendapat penawaran menjadi mitra. Sebulan bergabung pesanan mengalami kenaikan hingga 50 orderan setiap hari. Dan sekarang, meningkat hingga stabil dengan 100 orderan setiap hari.

Menu makanan hasil laut
 

Tetap butuh strategi
Menjalankan bisnis dengan sistem take away  dan bermitra dengan layanan ojek daring ini memang terlihat menarik. Banyak anggaran yang bisa ditekan. Sekaligus omzet berlipat.

Menjalankannya pun terlihat mudah. Punya menu andalan, daftar aplikasi, pesanan dari pembeli datang. “Daftar gampang. Cukup KTP, NPWP, dan fotokopi rekening koran. Isi formulir. Dalam seminggu atau dua  minggu kita sudah dapat akunnya. Bisa langsung jualan,” ujar Ahmad.

Tapi, menurut Ahmad, tetap butuh kerja keras untuk  mendatangkan pembeli kalau Anda seorang pengusaha kuliner yang baru memulai usaha. Tak bisa kita diam saja, hanya pasang foto terus pembeli datang. Tak semudah itu. “Sebulan pertama buktinya saya cuma dapat orderan tiga porsi. Barulah bulan kedua saya mengalami peningkatannya setelah aktif promosi,” ujar Ahmad.

Ahmad memilih promosi melalui mulut ke mulut, karena kebetulan dia juga driver ojek. Selain itu juga promosi di akun Instagram.
Akell juga aktif melakukan promosi di Instagram untuk memajang foto-foto menunya yang menarik untuk menggiring pembeli pesan di aplikasi.

Chief Marketing Officer Gojek, Ainul Yaqin, mengungkapkan, untuk para mitra memang dianjurkan untuk aktif melakukan promosi. Baik promosi mandiri maupun aktif ikut promosi yang dilakukan oleh pihak aplikasi. “Bila penyedia aplikasi sedang ada ajang promosi bersama sebaiknya ambil bagian. Karena itu akan menguntungkan mitra,” katanya.

Selain itu, mitra harus memastikan produk jualannya layak untuk ‘‘dipesan kembali’’. Selain foto yang menarik, diskripsi makanan yang dijual juga harus jelas demi memikat pembeli.        

Penggunaan QR Code

Pakai dompet digital

Kencangnya transaksi pemesanan makanan melalui aplikasi turut mengerek transaksi menggunakan e-wallet. Layanan pembayaran dengan dompet elektronik ini menjadi pilihan konsumen karena praktis. Konsumen tak perlu repot menyediakan uang tunai sesuai pesanan. Selain itu, konsumen juga menikmati aneka promo.

Bagi pedagang makanan, transaksi e-wallet ini juga sangat digemari. “Selain kita tak perlu menyiapkan kembalian, nilai transaksinya juga lebih akurat,” ujar Ahmad Fikri, pemilik Ayam Penyet Jeletot Bonsar.  Ahmad bilang, pihaknya hanya melayani pembayaran melalui e-wallet untuk pembelian melalui aplikasi pemesanan makanan.

Begitu halnya Akell Maharrino Azhar, pemilik usaha Dapur Ma’Iwul. Selain lebih praktis dan akurat, Akell juga terbantu dalam hal data. “Di situ kan tercantum menu apa saja yang dipesan. Dari data itu kita jadi tahu menu apa saja banyak dipesan atau disukai pembeli. Dan mana yang hampir tidak pernah dipesan. Jadi bisa evaluasi menu,” ujar Akell.

Akell dan Ahmad bilang, pencairan dana dari pihak e-wallet juga terhitung cepat. Penutupan transaksi jam 12 malam dan beberapa jam kemudian uangnya langsung cair.
“Oh, ya, kita juga harus sharing, ya, dengan pihak aplikasi. Sekarang kalau di GoFood sharing-nya 20%,” ujar Akell.

Dengan adanya sharing ini, artinya Anda harus menaikkan harga supaya tak menggerus profit. Misalnya, harga ayam goreng bila dibeli langsung Rp 15.000, maka harga di aplikasi harus naik 20%.

“Tapi sebaiknya beban itu jangan diberikan pada konsumen sepenuhnya. Biar harga makanan kita tetap terjangkau. Kalau saya, sharing fee itu saya cuil dari keuntungan saya. Ya, yang penting kuantitas pemesanannya banyak,” jelas Ahmad. ***

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Reporter: Fransiska Firlana
Editor: Hendrika
Share :
Artikel Lainnya