Anda Belum Login,
silakan login atau register ?
Login Register
Pilih Edisi
Pilih Edisi
background
Buka Bisnis Kuliner di Zaman Digital
Reksadana Jagoan Penghasil Cuan

background
Tetap Prima di Kala Ekonomi Lambat plus Isu Korona
REKSADANA | 21 Mei 2020
Tetap Prima di Kala Ekonomi Lambat plus Isu Korona

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja reksadana campuran.

Salah satunya kondisi global yang menyebabkan perekonomian dunia melambat. Dan belakangan ditambah meruyaknya wabah virus korona.

Alhasil, di tengah kondisi perekonomian yang rapuh dan bursa yang fluktuatif ini  kinerja reksadana campuran pada tahun lalu, juga tahun ini pun, masih sulit untuk tumbuh tinggi.

Berdasarkan catatan Infovesta Balance Fund Index, kinerja rata-rata reksadana campuran setahun lalu hanya naik tipis sekitar 3,08% dibanding dengan tahun 2018, yang sekitar 2,09%.

Lambatnya pergerakan reksadana campuran ini dipengaruhi beberapa faktor. Pertama, kinerja pasar saham Tanah Air sepanjang 2019 yang nyaris flat.

Tercatat pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) setahun lalu hanya menguat tipis 1,70% year on year (yoy) ke level Rp 6.299,54.

Terbatasnya penguatan IHSG tahun lalu itu lebih banyak lantaran terdampak perang dagang Amerika Serikat dan China.

Ya, adu kuat dua raksasa ini memang terbukti mempengaruhi pergerakan ekonomi dunia. Perekonomian melambat, pasar uang lesu, dan investor ogah melirik saham.

Faktor berikutnya yang mempengaruhi kinerja reksadana campuran yakni rentan berubahnya suku bunga acuan luar maupun dalam negeri.

Meskipun, sepanjang tahun 2019 pasar obligasi masih cukup cerah berkat suku bunga dalam negeri yang turun.

Lalu, bagaimana dengan kinerja reksadana campuran tahun depan?

Memasuki tahun 2020, kinerja reksadana campuran diyakini masih bisa bertumbuh. Asalkan beberapa isu penting dapat diatasi.

Director & Portofolio Manager Schroders Indonesia, Irwanti, menyebut prospek reksadana campuran tahun ini masih bisa cemerlang, walaupun kondisi pasar global masih mendominasi pasar domestik.

‘‘Jika virus covid-19 semakin meluas dan tak teratasi, maka akan berdampak negatif pada perekonomian dan bisnis dunia. Sebaliknya, jika penyebarannya bisa teratasi, maka ekonomi dunia akan membaik,’’ ujarnya.

Haryo Sandono, VP Marketing Insight Investments Management, menilai bahwa prospek investasi, khususnya reksadana campuran, cukup menantang pada tahun ini.

Itulah mengapa di tengah beberapa sentimen negatif seperti wabah korona, Insight mengatur strategi yang lebih defensif agar reksadana campurannya, yakni ILife Insight, masih cemerlang.

“Kami lebih berfokus pada obligasi korporasi berdurasi pendek,” sebut Haryo.

Sementara Irwanti berpendapat bahwa reksadana campuran masih layak dipilih meskipun kondisi pasarnya fluktuatif.

‘‘Reksadana campuran memiliki fleksibilitas untuk melakukan swing dari kelas aset satu ke kelas aset lainnya. Ini mengacu arahan investasi dan kondisi pasar untuk mengoptimalkan potensi hasil investasi,’’ ujar Irwanti.

Dus, di tengah kekhawatiran masyarakat akan penyebaran virus korona, reksadana campuran masih berpotensi memberikan imbal hasil lebih menarik ketimbang aset yang memiliki risiko lebih rendah.

Berisi campuran saham dan obligasi membuat reksadana campuran lebih fleksibel menghadapi gejolak pasar. Ketika bursa saham bergejolak, obligasi bisa menjadi penyangga. Begitu pula sebaliknya.

Berikut profil dan strategi investasi para jawara reksadana yang masuk peringkat  10 besar reksadana campuran terbaik periode 3 tahun versi Infovesta Utama.  

Sucorinvest Flexi Fund

Reksadana campuran terbaik periode 3 tahun versi Infovesta ini berhasil meraih posisi ketiga. Hal ini karena sepanjang tahun 2019, Sucorinvest Flexi Fund membukukan kinerja  5,98%.

Dalam tiga tahun terakhir, Sucorinvest Flexi Fund mampu memberikan imbal hasil sebesar 48,28%. Raihan yang ciamik ini tentu tak lepas racikan protofolio investasinya.

Presiden Direktur Sucor AM Jemmy Paul Wawointana mengungkapkan, meskipun isu global genting, namun, performa masih agresif.

“Ini karena kami menyiapkan reksadana campuran yang kebanyakan portofolio saham blue chips, mid, and small capital,” kata Jemmy.

 Tentu, imbuh Jemmy, variasi produk membuat investor korporasi dan ritel bisa memburunya. “60% pembeli dari korporasi, sisanya ritel,” tandasnya.

Diluncurkan 6 Desember 2006, Sucorinvest Flexi Fund memberikan tingkat pertumbuhan modal yang optimal melalui investasi pada efek ekuitas, efek utang, dan instrumen pasar uang.

Mengutip fund factsheet akhir Desember 2019, kepemilikan terbesar efek portofolio reksadana ini adalah saham ANTM, HOKI, obligasi MNC Kapital Indonesia, serta obligasi Waskita Beton Precast Tbk.

Agar tetap bertumbuh, Sucorinvest Flexi Fund menargetkan bisa membukukan imbal hasil sekitar 5%–6% pada tahun ini.

Strategi yang disiapkan yakni melakukan overweight saham serta memilih saham yang memiliki yield tinggi seperti telekomunikasi, perbankan, dan pertambangan.

“Karena aset saham belum naik, bond pun tak banyak naik, sehingga cari dividen yang aman dan besar,” ungkapnya.

Hingga Maret 2020, dana kelolaan Sucorinvest Flexi Fund mencapai Rp 270 miliar. Jemmy menargetkan jumlahnya akan mencapai Rp 300 miliar pada pengujung tahun ini.

Insight Life (Ilife)

Insight Life merupakan reksadana campuran yang diluncurkan 10 Juni 2016, dengan mencatatkan return 3,03%. Jika melihat dalam tiga tahun terakhir, imbal hasilnya mencapai 9,77%.

Haryo Sandono, VP Marketing Insight, mengungkapkan, perkembangan imbal hasil selalu baik karena imbalan jasa manajer investasi maksimalnya 2%.

“Selain itu Insight mengalokasikan 25%dari imbalan jasa manajer investasi untuk kegiatan sosial,” tandasnya.

Berdasarkan fund factsheet per Januari 2018, saat ini alokasi aset reksadana ini sekitar 78% ada di obligasi. Lalu, 11,4% saham dan 10,7% setara kas.

Adapun lima aset teratas dalam portofolio Insight adalah obligasi berkelanjutan I Modernland Realty, obligasi berkelanjutan II Bank BTN, obligasi berkelanjutan III Waskita Karya, obligasi Chandra Asri Petrochemical I, dan obligasi Sumberdaya Sewatama I.

Tahun ini diharapkan dana kelolaan reksadana Insight ini bisa tumbuh oke.

Haryo mengatakan, terhitung 5 Maret 2020, Insight Life sudah mengantongi dana kelolaan Rp 158 miliar, dan ditargetkan mencapai Rp 150 miliar sampai Rp 200 miliar akhir tahun ini.

Schroder Dynamic Balance Fund

Schroder Dynamic Balance Fund diluncurkan pertama kali 10 Juni 2014. Selama tiga tahun terakhir, imbal hasilnya mencapai 25,20% dan kinerjanya tumbuh 10,92%.

Menurut Irwanti, Director & Portofolio Manager Schroders Indonesia, reksadana ini punya  fleksibilitas untuk melakukan alokasi yang optimal. “Dikelola secara aktif sesuai kebijakan investasi,” lanjutnya.

Berdasarkan fund factsheet per Januari 2020, alokasi terbesar reksadana ini terletak pada ekuitas, yaitu sekitar 55,85%. Sedangkan pasar uang berkisar 22,94% dan pendapatan tetap 21,21%.

Adapun isi portofolio terbesar Schroder Dynamic Balance Fund antara lain Bank Mandiri, BCA, BTPN, Maybank Indonesia, dan FR0078.

Adapun untuk proyeksi tahun ini, Irwanti optimistis membukukan return sekitar 18,56%. “Kami tetap memilih saham berkualitas yang tinggi dengan fundamental yang baik,” sebut Irwanti.

Schroder Dynamic Balance Fund menargetkan dana kelolaan bisa bertumbuh tinggi. Caranya dengan mengoptimalkan hasil investasi dan bekerjasama dengan agen penjual.            

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Reporter: Jane Aprilyani
Editor: Havid Vebri
Share :
Artikel Lainnya