Anda Belum Login,
silakan login atau register ?
Login Register
Pilih Edisi
Pilih Edisi
background
Buka Bisnis Kuliner di Zaman Digital
Reksadana Jagoan Penghasil Cuan

background
Pilih yang Stabil di Reksadana Pasar Uang
REKSADANA | 21 Mei 2020
Pilih yang Stabil di Reksadana Pasar Uang

KONTAN.CO.ID - Jakarta

Saat pasar uang sedang dalam tekanan, Bank Indonesia (BI) terus mengevaluasi tingkat bunga acuan. Dari bulan ke bulan, bank sentral mempertimbangkan arah bunga BI 7 day repo rate. Selama delapan bulan belakangan ini, BI sudah menggunting bunga acuan sebanyak 125 bps.

Pergerakan tingkat bunga acuan ini, tentu saja mempengaruhi imbal hasil di reksadana pasar uang. Pasalnya, kecenderungan penurunan tingkat bunga acuan bakal berlanjut yang dapat membuat return di reksadana pasar yang bisa susut.

Tapi, sebagai investor reksadana pasar uang harap tenang. Meski, Presiden Direktur PT Pinnacle Investment Guntur Putra mengatakan, return di reksadana pasar uang tahun ini tidak setinggi tahun lalu. Tahun 2020, ia memprediksi, return sekitar 5%-6% sesuai kondisi pasar.

Dengan ada tren penurunan suku bunga di dalam negeri, Presiden Direktur PT BNI Asset Management Reita Farianti menyampaikan, manajer investasi (MI) tidak berpangku tangan. Soalnya, MI akan menyesuaikan posisi penempatan dana yang memberi imbal hasil lebih. 

MI yang punya reksadana pasar uang menilai reksadana ini tahan goncangan. Secara pengelolaan dana, Chief Economist and Investment Strategist PT Manulife Asset Management Indonesia (MAMI) Katarina Setiawan bilang, reksadana pasar uang tidak hanya bergantung pada deposito di perbankan. Katarina yakin outlook investasi di reksadana pasar uang masih dapat berkembang. Jadi tidak ada salahnya investor memegang reksadana pasar uang dalam jangka panjang.

Berdasarkan data dari Infovesta reksadana pasar uang dengan tenor tiga tahun menghasilkan return rata-rata 18%-22%. Lantas, seperti apa prospek investasi di reksadana pasar uang tahun ini? Kita ikuti strategi portofolio beberapa produk reksadana yang memberikan kinerja selama tiga tahun terakhir ini.

  • Pinnacle Money Market Fund

Kinerja reksadana Pinnacle Money Market Fund (PMMF) selama tahun 2019  kemarin cukup baik. Selama satu tahun lalu, return dari PMMF adalah sebesar 6,74%.
Lalu bagaimana dengan tahun ini? Guntur memperkirakan return produk reksadana keluaran Pinnacle Investment ini akan berkisar antara 5%-6%.
Tentunya, return akan sebanding dengan tingkat risiko, karena reksadana pasar uang unggulan di Pinnacle ini lebih mengutamakan sisi likuiditas dengan pertimbangan pemilihan underlying asset class, penempatan deposito di bank, selain itu juga  pemilihan obligasi yang ketat.
Agar tetap cuan, pengelolaan dana PMMF sebagian dialokasikan kepada penempatan deposito berjangka pendek, sisanya pada obligasi yang memiliki masa jatuh tempo yang kurang dari setahun. “Kami memang fokus pada proses optimalisasi cash management,” kata Guntur.
Strategi yang dijalankan ini rupanya cukup konsisten. Sejak reksadana PMMF diluncurkan, mereka selalu mendapatkan perhatian dari investor. Hasilnya, dana kelolaan atau asset under management (AUM) di PMMF naik dua kali lipat menjadi Rp 291 miliar di akhir 2019 dibandingkan posisi Rp 128 miliar di akhir 2018.
Guntur mengatakan, pihaknya memiliki target AUM pada reksadana PMMF dapat mencapai di atas Rp 500 miliar hingga akhir tahun 2020 nanti.
Sebagai informasi, Pinnacle Money Market Fund sudah diluncurkan sejak 8 September 2016. Reksadana pasar uang ini terbilang bersahabat, investor dapat membeli reksadana dengan minimal pembelian awal sebesar Rp 100 ribu dan manajemen fee maksimal sebesar 1,5% per tahun.
Dengan karakteristik itu, reksadana PMMF merupakan reksadana umum yang diminati oleh dua kategori investor. Yakni institusi dan retail. “Mayoritas pembeli juga retail melalui distribusi agen penjual reksadana,” katanya.

Reksadana

  • BNI AM Dana Likuid

BNI Asset Management punya reksadana pasar uang unggulan bernama BNI AM Dana Likuid. Sepanjang tahun lalu, BNI AM Dana Likuid menghasilkan return 6,68%. Di tahun ini, Reita menyampaikan, return reksadana pasar uang berkisar 6,5%-6,9%.

Tak dapat dihindari, dengan tren suku bunga acuan yang masih akan berlanjut. BNI Asset Management akan mengelola penempatan dana agar return terjaga. Caranya, dengan menempatkan dana lebih banyak di obligasi korporasi yang dapat memberikan net return lebih besar dibandingkan bunga deposito.

Akan tetapi, pemilihan obligasi disesuaikan dengan universe yang dipilih. Reita mengatakan, penempatan dana di obligasi dengan mengutamakan pada sektor yang resilient terhadap penurunan kondisi ekonomi dengan kualitas fundamental emiten yang baik.

Sedangkan, dalam pemilihan deposito, BNI Asset Management akan menyaring bank sesuai dengan kualitas fundamental dari bank tersebut. Banyak hal yang mereka pertimbangkan, mulai dari mempertimbangkan NPL, CAR, LDR, ROA dan beberapa metrik lainnya. “Lalu kami sengaja memilih bank dengan rate terbaik, demi investor,” ucap Reita.

BNI AM Dana Likuid punya banyak peminat di pasar reksadana. Buktinya, dana kelolaan BNI AM Dana Likudi mampu tumbuh 124% menjadi Rp 1,79 triliun per akhir 2019 dibandingkan posisi Rp 800 miliar pada akhir tahun 2018. Pada tahun 2020 ini, Reita menuturkan, pihaknya sudah menargetkan AUM BNI AM Dana Likui dapat tumbuh sekitar 10%-20%.

Reksadana pasar uang jagoan BNI Asset Management ini diterbitkan sejak akhir 2012, sejak awal pemasarannya membidik nasabah institusi maupun ritel. Para investor boleh membeli reksadana BNI AM Dana Likuid, mulai dari Rp 100.000 per unit.

Reita mengatakan, produk ini dibuat untuk investor yang memiliki risk profile averter or moderate, sehingga cocok juga dimiliki oleh oara investor pemula. Dalam memasarkan produk reksadana ini, menurut Reita, BNI Asset Management menyesuaikan dengan karakteristik investor.

  • Syailendra Dana Kas

Jagoan reksadana pasar uang milik PT Syailendra Capital adalah Syailendra Dana Kas. Fixed Income Fund Manager Syailendra Capital Enry Danil mengatakan, return dari reksadana Syailendra Dana Kas di tahun ini sekitar 6% atau lebih rendah dibandingkan tahun sebesar 6,3%.

Untuk menjaga pendapatan return, Syailendra akan menempatkan dana 50:50, baik itu dana deposito maupun obligasi. Salah satunya adalah memiliki deposito di bank BUKU 2. Pertimbangannya adalah bank tersebut punya tingkat kesehatan yang baik. Sedangkan, pemilihan obligasi korporasi bergantung dari rating obligasi yang mereka keluarkan. Sejak diluncurkan pada Juni 2015, Syailendra Dana Kas punya investor tersendiri. Enry mengatakan, pihaknya mencatat AUM reksadana ini sebesar Rp 1,1 triliun, pada akhir tahun lalu. “Targetnya, tahun ini AUM tumbuh 10%-20%,” ucapnya. Enry bilang, siapa saja boleh punya reksadana ini. Untuk mempermudah investor, Syailendra juga bekerjasama dengan e-commerce seperti di Tokopedia dan Bareksa dalam menjual reksadana.

  • Manulife Indonesia Money Market Fund

Katarina bilang, reksadana pasar uang unggulan di MAMI yakni Manulife Indonesia Money Market Fund (MIMMF) adalah produk dengan risk return profile yang konservatif atau volatilitas rendah. Produk ini cocok untuk investor yang mencari stabilitas. MIMMF menghasilkan return yang konsisten mengungguli benchmark. Per akhir Januari 2020, kinerja return MIMMF untuk satu tahun 6,79%, tiga tahun 6,06% dan lima tahun 6,58%.

Dalam mengelola dana MIMMF, MAMI melanjutkan strategi pengelolaan selama ini,  yakni mengoptimalkan alokasi deposito dan obligasi di bawah satu tahun.
MAMI meluncurkan MIMMF ini sejak bulan Mei 2008. Selama ini, produk MAMI ini hanya tersedia terbatas untuk investor institusi saja.          

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Reporter: Nina Dwiantika
Editor: Hendrika
Share :
Artikel Lainnya