Anda Belum Login,
silakan login atau register ?
Login Register
Pilih Edisi
Pilih Edisi
background
Buka Bisnis Kuliner di Zaman Digital
Reksadana Jagoan Penghasil Cuan

background
Peluang di Reksadana Pasar Uang
REKSADANA | 21 Mei 2020
Peluang di Reksadana Pasar Uang

KONTAN.CO.ID - Jakarta

Virus Covid-19 benar-benar seperti hantu yang menakutkan. Berbagai sektor perekonomian dunia nyaris lumpuh terdampak virus ini. Tak terkecuali sektor pasar modal Indonesia. Faktanya, di sepanjang Februari lalu, indeks harga saham gabungan (IHSG) sudah turun 8,20% secara bulanan atau ditutup di level 5.452,70.

Merosotnya indeks pasar modal tersebut, tentu saja, menyeret turun kinerja sejumlah instrumen investasi. Salah satunya reksadana saham. Data Infovesta Utama menunjukkan, kinerja rata-rata reksadana saham yang tercermin pada Infovesta 90 Equity Fund Index minus 7,23% di Februari lalu.

Nah, jika melihat sejak awal tahun, rata-rata kinerja reksadana saham juga anjlok 13,84%. Koreksi pada pasar saham juga membuat kinerja reksadana campuran tak bertenaga, Buktinya, rata-rata kinerja reksadana campuran yang tercermin dalam Infovesta 90 Balanced Fund Index juga minus 6,43% sejak awal tahun dan turun 3,71% secara bulanan.

Namun, tak semua kinerja reksadana terpuruk. Paling tidak, hal ini dibuktikan dari moncernya kinerja reksadana pasar uang. Pada Februari lalu, rata-rata kinerja reksadana pasar uang yang tercermin di Infovesta 90 Money Market Fund Index naik 0,88% sejak awal tahun dan naik 0,41% secara bulanan.

Dus, kinerja reksadana pasar uang dinilai masih punya peluang untuk terus membaik pada tahun ini. Pasalnya, masih banyak sentimen positif yang bakal mengerek kinerja reksadana ini. Apalagi berinvestasi pada produk reksadana pasar uang ini tergolong minim risiko. Hal ini membuat kepercayaan masyarakat terhadap reksadana pasar uang terus tumbuh.

Menurut Dimas Yusuf, Portfolio Manager Money Market Instruments PT Sucor Asset Management, salah satu indikator kemungkinan prospek reksadana pasar uang akan tetap baik di tahun ini adalah pertumbuhan unit penyertaan investasinya yang cukup pesat selama 2019, meskipun pergerakan IHSG terbilang underperform.
Dimas memaparkan, total dana kelolaan (AUM) reksadana pasar uang di sepanjang tahun 2019 mampu menembus Rp 68,2 triliun. Nilai AUM ini naik 50,06% secara tahunan dibanding dengan posisi pada Desember 2018. Bercermin pada kinerja 2019, dana kelolaan reksadana pasar uang pada tahun ini diperkirakan juga bisa tumbuh bagus dibandingkan tahun lalu.

Hal senada diungkapkan Wawan Hendrayana, Kepala Riset Infovesta Utama. Menurutnya, pada tahun ini, minat investor terhadap reksadana pasar uang masih akan tinggi. Sebab, imbal hasil deposito masih rendah. “Nah, yang paling cocok bagi investor adalah reksadana pasar uang. Selain itu, risiko investasinya relatif kecil,” katanya.
Imbal hasil bisa turun

Hanya, lanjut Wawan, return reksadana pasar uang pada tahun ini tidak bisa setinggi tahun lalu. Pada 2019, rata-rata return reksadana pasar uang per tahun mencapai 5,8%. Pada tahun ini, Wawan memperkirakan, imbal hasil reksadana pasar uang hanya 4%-4,5%. Ini terutama untuk produk reksadana yang portofolio investasinya ke deposito. Alasannya, bunga deposito tahun ini dimulai di kisaran angka 5%. Sedangkan pada 2019, besaran bunga deposito ada di level 6%. Pada tahun lalu suku bunga acuan BI turun sebanyak empat kali. “Di tahun ini, kami memproyeksikan penurunan suku bunga acuan hanya terjadi dua kali,” imbuh Wawan.

Sependapat, Dimas memperkirakan, pada tahun ini kemungkinan akan terjadi penurunan return reksadana pasar uang dibandingkan 2019. Hal ini didasari semakin menurunnya imbal hasil berbagai instrumen efek, yang menjadi underlying produk reksadana pasar uang. Contohnya obligasi bertenor di bawah 1 tahun dan deposito perbankan.

Reksadana

Nah, jika Anda tertarik berinvestasi di produk reksadana, tak ada salahnya memilih produk reksadana pasar uang. Namun, ada baiknya Anda melihat terlebih dahulu rekam jejak beberapa produk reksadana pasar uang yang memiliki imbal hasil tinggi. Untuk itu, Tabloid KONTAN merangkum sejumlah reksadana pasar uang yang memiliki imbal hasil tinggi di sepanjang tahun 2019. Berikut beberapa di antaranya:

  • Sucorinvest Sharia Money Market Fund

Reksadana racikan Manajer Investasi PT Sucor Asset Management ini menduduki posisi pertama sebagai jawara reksadana pasar uang periode satu tahun dengan return tertinggi versi Infovesta. Pada periode 31 Desember 208 hingga 30 Desember 2019, Sucorinvest Sharia Money Market Fund memberikan imbal hasil 7,81% dengan skor akhir 10. Reksadana Sucorinvest Sharia Money Market Fund pertama kali diluncurkan pada 1 Oktober 2018 dengan bank kustodi The Hongkong and Shanghai Banking Corporation (HSBC). Sampai akhir Desember 2019, posisi dana kelolaan Sucorinvest Sharia Money Market Fund mencapai Rp 353,72 miliar dengan total unit penyertaan (UP) 323 juta atau naik 1464% dibandingkan UP tahun sebelumnya yang hanya 20,64 juta.

Segmen investor yang ditargetkan oleh reksadana Sucorinvest Sharia Money Market Fund ini adalah investor ritel maupun institusi. Saat ini, komposisi penempatan investasi pada reksadana Sucorinvest Sharia Money Market Fund adalah lebih dari 60% di obligasi, dan sisanya ditempatkan di pasar uang. Sama halnya reksadana lain, bagi investor yang ingin berinvestasi pada Sucorinvest Flexi Fund, ada syarat yang harus dipenuhi. Antara lain, untuk pembelian awal unit penyertaan, Anda harus merogoh kocek Rp 100.000. Namun, reksadana ini tidak membatasi nilai pembelian selanjutnya.

Selain itu, yang menarik, reksadana Sucorinvest Sharia Money Fund juga tidak mengenakan biaya subscription fee, redemption fee, dan biaya switching fee. “Hingga saat ini kami belum menetapkan pemberlakuan biaya pembelian dan penjualan. Hanya ada biaya management fee maksimum 3,5%,” kata Dimas Yusuf, Portfolio Manager Money Market Instruments Sucor Asset Management.

Bagaimana racikan reksadana Sucorinvest Sharia Money Market Fund? Menurut Dimas, Sucorinvest Money Market Fund berhasil mencetak return tinggi adalah lantaran seluruh langkah pengelolaan investasi, Sucor AM selalu mengutamakan minimalisir risiko. Dia bilang, filosofi ini sangat penting untuk diterapkan pada pengelolaan reksadana pasar uang.

Hal itu, kata Dimas, mengingat fokus utama fund manager adalah untuk memberikan likuiditas yang tinggi, sembari memberikan imbal hasil yang menarik. “Kami percaya dengan meminimalisasi risiko imbal hasil yang kompetitif akan mengikuti,” paparnya. Beberapa langkah untuk mengurangi risiko investasi, lanjut Dimas, adalah dengan membatasi penempatan deposito di bank-bank BUKU I. Selain itu, Sucor AM juga rajin menempatkan deposito pada bank pembangunan daerah (BPD) dengan tetap memperhatikan kesehatan laporan keuangan bank tersebut. Dengan tingkat kesehatan yang sama dibandingkan bank swasta, bank BPD dinilai memiliki dukungan yang sangat vital untuk meminimalisir risiko dari pemerintah daerah yang menjadi pemegang sahamnya. Tercatat, salah satu BPD yang menjadi portofolio investasi Sucor AM adalah BPD Sumsel Babel Syariah.

  • BNI-AM Dana Likuid

Reksadana yang ditawarkan PT BNI Asset Management ini adalah salah satu dari 15 reksadana pasar uang terbaik versi Infovesta. Reksadana ini diluncurkan pada 27 Desember 2012. Menurut data Infovesta per Desember 2019, nilai asset under management (AUM) alias dana kelolaan reksadana BNI-AMI dana likuid sudah mencapai Rp 1,79 triliun. Adapun, pada periode yang sama, unit penyertaan reksadana BNI-AM Dana Likuid telah menembus 1,13 miliar atau naik 110% dibandingkan periode serupa di tahun 2018. Data Infovesta juga menunjukkan, reksadana ini memiliki return atau tingkat imbal hasil 6,68% per Desember 2019 dengan skor akhir 8.74. Dengan return dengan skor sebesar itu, reksadana BNI-AM Dana Likuid menempati posisi ke-5 sebagai reksadana pasar uang periode 1 tahun terbaik.

Reita Farianti, Direktur Utama BNI Asset Management mengatakan, untuk mengoptimalkan imbal hasil, pihaknya memadukan penempatan deposito dengan obligasi money market (di bawah satu tahun). Dengan cara ini, BNI-AM dapat memberikan return optimal, sekaligus memberikan likuiditas yang cukup tinggi bagi para investor. Reksadana BNI-AM Dana Likuid menempatkan investasinya di instrumen obligasi pasar uang sebesar 40%-50% atau hampir berimbang dengan investasi di deposito. Dengan komposisi tersebut, kata Reita, BNI-AM Dana Likuid mampu meningkatkan imbal hasil dan mendapatkan tax advantage. Hal ini dibandingkan berinvestasi pada time deposito yang cenderung rendah dalam setahun terakhir. “Reksadana BNI-AM Dana Likuid juga konsisten dalam mengalahkan benchmark Invofesta Money Market Fund Index sejak diluncurkan,” ungkap Reita.

Reita menambahkan, penempatan investasi itu sesuai arahan komite investasi. Dalam melakukan penempatan dana deposito, BNI-AM juga memiliki scoring untuk nama-nama bank, sehingga dapat menjaga risiko likuiditas dan memastikan kualitas investasi. Di sisi lain, untuk instrumen obligasi, BNI-AM juga menempatkan dana pada emiten yang telah lolos screening dari sisi kinerja dan kemampuan membayar utang, sehingga dapat memastikan penempatan investasi ada pada nama-nama yang berkualitas. Tak cuma itu, BNI-AM, juga memiliki manajemen risiko yang dipantau secara real time pre-transaction. “Jadi, kami dapat memastikan investasi yang dilakukan perusahaan tidak melanggar batasan-batasan, baik secara OJK maupun secara internal,” tandas Reita.

  • Sucorinvest Money Market Fund

Reksadana pasar uang besutan PT Sucor Asset Management ini menempati peringkat kedua daftar reksadana dengan imbal hasil tertinggi di sepanjang 2019 (31 Desember 208 hingga 30 Desember 2019) versi Infovesta. Pada periode ini, imbal hasil reksadana Sucorinvest Money Market Fund mencapai 7,33% dengan skor 9.76. Reksadana Sucorinvest Money Market Fund diluncurkan pada 20 Oktober 2014 dengan bank kustodi HSBC. Sampai akhir Desember 2019, posisi dana kelolaan Sucorinvest Money Market Fund telah mencapai Rp 4,03 triliun dengan total unit penyertaan 2,8 miliar.

Dimas Yusuf, Portfolio Manager Money Market Instruments Sucor Asset Management, menyebutkan, baik produk reksadana pasar uang Sucor AM konvensional atau syariah sama-sama menggunakan strategi serupa. Salah satunya, menempatkan dana pada portofolio investasi di surat utang anak atau cucu milik badan usaha milik negara (BUMN). Untuk produk reksadana konvensional seperti Sucorinvest Money Market Fund, Sucor AM memilih keranjang investasi berupa obligasi, dan untuk reksadana syariah memilih sukuk yang diterbitkan oleh anak atau cucu perusahaan pelat merah.

Menurut Dimas, pihaknya mengelola produk reksadana pasar uang dengan cukup aktif untuk kelas asetnya. Tim Sucor AM, kata dia, terus-menerus mencari pilihan investasi terbaik sesuai dengan pilihan instrumen yang dapat dijadikan underlying produk. Salah satu contoh usaha yang terus dimaksimalkan oleh Sucor AM adalah secara aktif mencari emiten yang memiliki kesehatan keuangan sangat baik. Selain itu, emiten yang sedang dalam posisi membutuhkan pendanaan untuk ekspansi dengan ingin menerbitkan surat utang atawa obligasi. Bukan cuma itu. Sucor AM juga melihat isu size sebuah portofolio investasi, familiaritas di pasar modal dan sebagainya. Dengan size yang cukup besar, Sucor AM bisa mendekati emiten langsung. Emiten yang didekati, yaitu tadi, anak atau cucu BUMN yang memiliki kinerja keuangan sehat namun jarang dilirik oleh manajer investasi. Menurut Dimas, pilihan itu didasari oleh risiko yang secara umum cukup rendah. Karena, tentunya sangat penting bagi negara untuk menjaga nama baik dengan memastikan tidak ada gagal bayar yang terjadi pada entitas BUMN, ujar Dimas memberikan alasan kenapa perusahaannya memilih portofolio investasi di anak cucu BUMN. Reksadana Sucorinvest Money Market Fund ditawarkan dengan harga pembelian awal Rp 100.000. Sama halnya reksadana Sucorinvest Sharia Money Market Fund, reksadana Sucorinvest Money Market Fund tidak mengenakan biaya subscription fee, redemption fee, dan biaya switching fee.         

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Reporter: Danielisa Putriadita, Dikky Setiawan
Editor: Hendrika
Share :
Artikel Lainnya