Anda Belum Login,
silakan login atau register ?
Login Register
Pilih Edisi
Pilih Edisi
background
Buka Bisnis Kuliner di Zaman Digital
Reksadana Jagoan Penghasil Cuan

background
Mendirikan Usaha Kafe plus Bengkel Sepeda
SEPEDA | 13 September 2020
Mendirikan Usaha Kafe plus Bengkel Sepeda

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hobi olahraga bersepeda membuat orang tak kenal lagi dengan jarak. Dengan bersepeda, mereka bisa melintasi provinsi, bahkan melintasi pulau. Ini pula yang kerap dilakukan oleh Adhi Pratama bersama empat temannya yang kerap bersepeda bareng.

Dari hobi yang sama itulah, mereka kepikiran membuat aktivitas bisnis bersama pula. Keakraban yang muncul dari hobi bersepeda itu kemudian diwujudkan dengan menjajal peruntungan di usaha mengelola kedai kopi plus bengkel sepeda.

Mulai Mei 2019 lalu, cita-cita Adhi menjalankan bisnis kafe sepeda plus dengan layanan bengkel itu pun terealisasi. Bertempat di kawasan Ruko Althia Graha Raya Bintaro, Tangerang, Adhi melekatkan nama Good Ride Bike Coffee. Nama diambil dari pengharapan mereka akan niat baik untuk membantu para pesepeda mendapatkan tempat nongkrong, atau tempat melepas lelah usai penat mengayuh pedal di Bintaro atau sekitarnya.

Good Ride Bike Caf menyediakan aneka minuman, seperti latte ter-bike, vietnam pancal (drip), dan single gear (brew). Lain dari itu juga ada minuman dingin, seperti es campur. Serta makanan berat macam nasi uduk, bakso, dan lainnya. "Saat yang gowes bersantap, sepedanya bisa dirawat, dimandikan, termasuk servis berat," jelas Adhi.

Tak hanya itu, Good Ride Bike Caf juga menyediakan komponen dan aksesori sepeda, apparel, termasuk juga full bike atau sepeda utuh. Tawaran untuk merakit sepeda sesuai selera juga tersedia di kafe plus bengkel ini.

Adhi bilang, ada banyak penggemar sepeda lebih suka membangun sepeda sendiri ketimbang membeli sepeda yang sudah jadi. "Ada semacam kepuasan konsumen jika merakit sepeda sendiri. Ini yang kami fasilitasi juga," kata Adhi.

Meski demikian, Adhi juga melayani konsumen yang datang untuk memperbaiki sepeda, atau sekadar ganti komponen saja. Tak jarang pula, teman-teman komunitas sepeda yang diikuti Adhi juga ikut nongkrong saat senggang. "Kebetulan saya ikut banyak komunitas, sehingga banyak teman pesepeda," jelasnya

Perpaduan layanan kuliner dan juga layanan bengkel ini membuat banyak komunitas keranjingan datang ke kafe Adhi,. Sejak berdiri tahun lalu, ada banyak komunitas sepeda yang rutin mampir. Sebutlah komunitas Yeti Tribe Indonesia (YTI), Kucing Balap, Dropangs, dan Maze kerap hadir. Jika akhir pekan datang, ramainya alang kepalang. Terutama dari anggota komunitas yang bergantian datang.

Lantas, apa rahasia komunitas sepeda bisa kumpul di kaf kopi Good Ride Bike Caf? Adhi menyebut, pelayanan sama penyediaan kebutuhan pesepeda jadi jawabannya. Bicara layanan akan bicara soal keramahan dan memperlakukan konsumen. Adhi bilang, demi konsumen, tak jarang mereka harus mengerjakan pesanan sepeda konsumen sampai tengah malam. Sembari bicara kualitas sajian seperti kualitas kopinya, hingga ketersediaan komponen dan lainnya.

Asal tahu saja, untuk mendirikan kafe ini, Adhi bersama teman-temannya berinvestasi Rp 600 jutaRp 700 juta. Dana tersebut digunakan untuk menyewa ruko senilai Rp 140 juta untuk dua tahun; sisanya untuk peralatan kafe, alat dan komponen bengkel, properti dan interior kafe, serta biaya pegawai.

Untuk mengelola kafe ini, Adhi mengajak empat orang karyawan. Dua di antaranya sebagai barista, satu orang sebagai administrasi, dan satu lagi menjadi mekanik. Jika lagi ramai, Adhi merekrut tenaga freelance, terutama dari mahasiswa. Untuk makanan, kami kerjasama dengan salah satu jasa katering, sehingga chef dari mereka, kata Adhi.

Sebelum Adhi mendirikan kafe yang fokus menggarap komunitas sepeda, ada Hanin Sidharta, owner Cyclo Coffee & Apparel, yang duluan membuka kafe dengan konsep yang hampir sama sejak tiga tahun lalu. Selain menjual kopi dan aneka makanan cepat saji, Cyclo Coffee & Apparel yang berlokasi di Kebayoran Baru, Jakarta, ini juga menjual aksesori untuk kebutuhan para pesepeda.

Meski saat buka pertama aktivitas bersepeda tak seramai sekarang, namun Hanin saat itu sudah mengintip peluang. Ia belajar dari tren kafe untuk para pesepeda yang banyak bertebaran di Amerika Serikat (AS) dan Eropa. "Untuk Asia, saat itu baru ada Bangkok," kata Hanin.

Meski melayani pesepeda, bukan berarti Hanin menomorduakan rasa untuk minuman dan makanan yang ada di gerainya. Soal mutu kuliner, Hanin melibatkan konsultan profesional. Sehingga, barista yang bekerja di kedainya paham betul meracik kopi specialty nusantara. Begitu juga dengan chef yang bekerja di dapur.

Sejatinya ada banyak lagi pemain kedai kopi yang menawarkan konsep yang sama di Jabodetabek. Beberapa merek lain seperti Kayuh Club House di Kebayoran Baru, Hten Coffee di Rawamangun, Jakarta Timur, ada Bites Bikes di Alam Sutera, kemudian juga ada OVRFLW Bicycle Caf di Tangerang.

Hampir setiap kedai kopi berkonsep sepeda itu menyasar segmen dan komunitas sepeda tertentu. Ambil contoh Bites Bikes dan OVRFLW Bicycle Caf di Tangerang yang menyasar penggemar sepeda premium, yang harganya bisa mencapai puluhan juta rupiah.

Promosi dan lokasi kafe sepeda

Ramai aktivitas bersepeda yang terjadi belakangan ini memang berbuah manis bagi penyedia kafe dan khusus menyasar segmen pasar pesepeda. Jika akhir pekan tiba, silih berganti pesepeda menepi melepas lelah sembari membeli minuman. Namun, kehadiran pesepeda itu tak datang begitu saja. Ada sejumlah kiat yang dilakukan oleh pengelola kafe agar tamu-tamunya datang dan belanja.

Pengalaman di Good Ride Bike Caf, misalnya, pertama-tama Adhi sebagai pemilik harus menguras otak mencari cara meramaikan kedai kopi tersebut. Dan itu tak mudah, apalagi ada banyak kedai kopi di sekitar lokasi. Salah satu cara yang dilakukan adalah menyusun program promosi dengan cara bikin flyer, dan menyebarkannya ke komunitas sepeda.

Setelah cara tradisional tersebut dilakukan, Adhi melanjutkannya dengan mengajak influencer atau tokoh sepeda terkenal datang ke kafenya dan membuat konten untuk diviralkan ke komunitas-komunitas. Lama-lama membuahkan hasil, informasi dari mulut ke mulut menjadikan tempat kami jadi rujukan nongkrong, kata Adhi.

Cara lain yang dilakukan oleh Adhi adalah membuat aktivitas sosial seperti menggelar makan siang gratis setiap selesai salat Jumat. Aktivitas sosial untuk tujuan ibadah tersebut mendapatkan banyak apresiasi dari komunitas sepeda. Banyak komunitas datang dan ikut berpartisipasi dalam program kami, jelas Adhi.

Cara promosi yang dimulai dengan cara tradisional sampai dengan paling kekinian melalui influencer itulah kunci kesuksesan dari Good Ride Bike Cafe. Namun ada yang berbeda dengan gaya belanja pengunjung kafe yang datang belakangan ini. Sebelum wabah Covid-19, konsumen yang ramai datang lebih banyak untuk tujuan nongkrong kemudian minum dan makan.

Namun, saat wabah Covid-19, pengujung yang datang ke kedai kopi tersebut lebih banyak mencari layanan bengkel dan servis sepeda. Memang ada juga yang makan minum, tetapi mereka tidak nongkrong di kedai. Jika dulu 70% pendapatan kami dari penjualan minuman dan makanan, sekarang 70% dari bisnis bengkel sepeda, jelas Adhi.

Bulan Mei 2020 lalu usia Good Ride Bike Cafe baru setahun, namun itu bukan berarti bisa meremehkan kinerja bisnisnya. Adhi bilang, secara bisnis mereka sudah bisa break even point bahkan balik modal. "Saat ini kami fokus mempersiapkan ekspansi dengan konsep franchise," tambah Adhi.

Lain hal dengan Hanin yang membesarkan kafe Cyclo Coffee & Apparel di kawasan bisnis Jakarta. Untuk mendapatkan pelanggan, Hanin rutin membuat event yang berguna untuk komunitas sepeda. Salah satunya mendatangkan tokoh sepeda fenomenal dari negara lain. "Kami bikin talkshow sehingga penggemarnya datang, dan nongkrong di tempat kami, kata Hanin.

Cara lain yang dilakukan oleh Hanin adalah memanjakan pesepeda dengan fasilitas. Mulai dari penyediaan lapangan parkir yang luas, sehingga lokasi kafe tersebut bisa dijadikan titik berkumpul bagi komunitas pesepeda. Jika tempat nyaman dan aman, maka mereka akan suka dan datang lagi, kata Hanin.

Perlu diingat, pesepeda butuh kenyamanan dan kenyamanan. Ini mengingat ada sepeda tertentu yang harganya bisa lebih mahal dari sepeda motor bahkan mobil. Begitu pula dengan kenyamanan, Hanin menyediakan fasilitas kebersihan seperti shower untuk mandi. Namuin saat Covid-19, mandi kami batasi dulu sampai kondisi normal," kata Hanin.

Dengan layanan dan fasilitas tersebut, beberapa komunitas sepeda kerap berkumpul di Cyclo Coffec and Apparel tersebut. Sebut saja komunitas Rapha Cycling Club (RCC), BOGI (Brompton Owners Group Indonesia), dan Skippy Ride, dan banyak lagi. Hanin bilang, kebanyakan yang nongkrong adalah yang menjadikan sepeda sebagai rutinitas dan olahraga.

Lantaran saat wabah sekarang banyak pelanggan yang datang, maka Cyclo Coffee and Apparel memberlakukan pembatasan jarak di gerainya. Kapasitas konsumen yang bisa menikmati kopi di dalam kafe dibatasi 50%saja. Namun kebanyakan konsumen sudah menyadari hal tersebut, dan lebih banyak membeli minuman dengan konsep take away atau lantas minum di luar areal parkir.

Selain mempersiapkan promosi dan event, kunci bisnis kafe lainnya adalah lokasi. Good Ride Bike Caf kerap jadi rujukan nongkrong karena dekat dengan tempat bersepeda di Bintaro, BSD, Alam Sutera, serta dekat dengan rute petualangan sepeda gunung bernama Jalur Pipa Gas (JPG) dan Jalur Parigi Baru (JPB). Begitu pula dengan Cyclo Coffe and Apparel yang ada dekat pusat aktivitas olahraga GBK Senayan. Lokasi nomor satu, harus dekat dengan lokasi bersepeda, kata Adhi.

Kedai kopi komunitas sepeda

Kafe sepeda saat pandemi

Bisnis kuliner, termasuk kafe atau kedai kopi, terbilang salah satu bisnis yang terkena dampak wabah Covid-19. Wabah tersebut telah membuat banyak orang menghindari ke luar rumah untuk nongkrong di restoran, kafe, termasuk di kedai kopi. Sejak pandemi Covid-19 diumumkan di bulan Maret, banyak kedai kopi tutup.

Sebagian tempat nongkrong itu ada yang buka lagi belakangan ini, namun sebagian lagi ada yang tutup permanen karena tak punya dana lagi untuk menjalankan operasi. Salah satu kafe yang tutup itu ada Etape Bicycle Caf di Kota Bandung, Jawa Barat. Kafe yang sempat jaya selama lebih dari tiga tahun itu kini memilih mundur melayani konsumennya, yang kebanyakan adalah komunitas sepeda.

Menurut Arif Kurniawan, pemilik Etape Bicycle Caf, efek Covid-19 membuat mereka tak beroperasi kurang lebih empat bulan. Akibatnya, mereka kesulitan cash flow untuk beroperasi lagi, termasuk bayar sewa tempat. Dari hitungan bisnis, tak cocok rasanya untuk meneruskan lagi, kata Arif kepada Tabloid KONTAN.

Sedih dan kecewa, itulah gambaran konsumen Etape yang diceritakan Arif. Sebab, mereka tak bisa lagi menikmati tongkrongan di kafe tersebut. Selain sedih kehilangan tempat nongkrong, sebagian ada yang sedih karena kehilangan tempat servis, bengkel dan juga transaksi jual beli komponen dan juga sepeda.

Meski secara bisnis saat ini sedang booming, namun Arif tak bisa berbuat banyak karena kondisi keuangan tidak memungkinkan melanjutkan usaha tersebut. Lebih lagi, lokasi tempat ia menjalankan usaha itu terbilang masih sewa. Sementara sewa tahunannya Rp 150 juta, belum lagi biaya renovasi karena kelamaan ditinggal tak beroperasi, kata Arif.

Arif menyarankan, siapa pun yang menjalankan kafe yang melayani komunitas sepeda, hal pertama yang perlu dipersiapkan adalah tempat. Sebab, lokasi menjadi penting, karena akan menjadi komponen pengeluaran terbesar dalam bisnis kafe tersebut.

Selain itu tentunya manajemen. Jangan terlena dan jangan sampai biaya ke luar lebih banyak daripada biaya yang masuk, kata Arif mengingatkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Reporter: Asnil Bambani Amri
Editor: Hendrika
Share :
Artikel Lainnya