Anda Belum Login,
silakan login atau register ?
Login Register
Pilih Edisi
Pilih Edisi
background
Buka Bisnis Kuliner di Zaman Digital
Reksadana Jagoan Penghasil Cuan

background
Masih Ada Peluang Meski Harus Sabar
REKSADANA | 21 Mei 2020
Masih Ada Peluang Meski Harus Sabar

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri reksadana tampaknya butuh energi ekstra untuk menunjukkan taringnya sebagai produk investasi yang masih layak dikoleksi. Terutama reksadana saham.

Bagaimana tidak, sejak awal 2020 pasar saham Indonesia sudah dihantam berbagai isu yang cukup berat, mulai kasus yang menggoncang industri keuangan non bank (IKNB) dari kasus Minna Padi, Narada, Jiwasraya, Asabri, Kresna Life, dan Wana Artha Life.

Seolah belum cukup, hal itu masih ditambah kemunculan wabah virus korona varian Wuhan, yang dampaknya dirasakan  banyak negara, termasuk Indonesia.

Gara-gara wabah Covid-19 ini, pergerakan pasar modal hampir di seluruh dunia tiarap.

Berbagai kejadian tadi, bikin orang ramai-ramai meninggalkan pasar modal. Indeks Harga Saham Gabungan tergelincir, begitu pula dengan reksadana saham.

Sejak awal tahun 2020 hingga pertengahan Februari lalu pencairan reksadana mencapai Rp 8,82 triliun. Pencairan banyak terjadi di reksadana saham.

Karena ketidakpastian ini, apalagi selama lima tahun terakhir kinerja reksadana saham secara rata-rata di bawah bunga deposito, banyak investor yang mengubah portofolio mereka, dari reksadana saham ke reksadana berbasis obligasi dan pasar uang.

Head of Sales and Distribution PT Ashmore Asset Management Indonesia Steven Satya Yudha bilang, awal tahun ini pihaknya sempat optimistis dengan sektor komoditas, karena ada kesepakatan antara AS dan China.

Namun, ketika virus korona mewabah di China, Wuhan tepatnya, ekonomi di negeri tirai bambu itu mengalami perlambatan.

Kondisi  tersebut memukul balik kinerja sektor komoditas. Sebab, China selama ini sebagai konsumer komoditas terbesar.

Alhasil, porsi saham sektor komoditas yang dialokasikan dari reksadana saham pun dikurangi, beralih ke sektor perbankan dan konsumer.

Menurut Chief Investment Officer Pinnacle Investment Andri Yauhari  tahun ini reksadana saham memang sangat challenging.

Terutama gegara dampak dari virus korona yang masih belum kelihatan akhirnya. Di Indonesia sendiri hingga Selasa (10/3) sudah ada 27 orang yang terinfeksi virus korona.

Andri mengungkapkan, untuk saat ini hal yang mempengaruhi baik buruknya pergerakan reksadana saham adalahh Covid-19.

Surutnya wabah virus Covid-19 menjadi penting, tak hanya di Indonesia tetapi di semua negara. 

Hal senada juga diungkapkan Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management Reza Fahmi.

Menurutnya, reksadana saham tahun ini masih punya peluang menciptakan kinerja yang membaik, setelah virus korona under control.

“Hal-hal yang akan mempengaruhi baik buruknya kinerja reksadana saham adalah sentimen dari lokal, regional, dan lokal terutama isu dari pemilihan umum di Amerika,” tegasnya.

Akan tetapi dengan koreksi terhadap pasar modal yang dalam saat ini, menurut Andri, justru memberikan kesempatan kepada investor untuk mulai masuk ke reksadana saham. 

Sebab sekarang ini indeks ada di level yang fair.  “Jadi masuklah secara bertahap,” tegasnya.

Bila Anda tertarik untuk mengoleksi reksadana saham yang beredar di pasaran, berikut ini beberapa gambaran profil produk sekaligus strategi pengelolaan reksadana saham dengan kinerja tertinggi menurut Infovesta Utama, pada periode 1 tahun.

HPAM Smart Beta Ekuitas

Produk yang diluncurkan oleh PT Henan Putihrai Asset Management ini, menurut data Infovesta Utama menduduki posisi lima besar reksadana dengan kinerja tinggi tahun lalu.

Imbal hasil yang berhasil dibukukan sepanjang tahun 2019 sebesar 17,39%.

Reza bilang, sepanjang tahun lalu pihaknya memilih saham yang memiliki good corporate governance yang solid dan bisnis serta produk dari perusahaan tersebut mampu diterima dengan baik oleh masyarakat. Dengan begitu kinerjanya bisa lebih stabil dan tumbuh.

Mayoritas dana untuk produk ini, ditempatkan pada sektor jasa dan perdagangan (27%), industri dasar (20%), properti (18%), dan sisanya tersebar di infrastruktur, keuangan, dan tambang.

Saham top alokasi PT. Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA), PT Chandra Asri Petrochemical (TPIA), PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), PT Barito Pacific Tbk (BRPT), dan PT Surya Citra Media Tbk (SCMA).

“Kemungkinan besar tahun ini strateginya masih sama dan underlying tidak akan berubah banyak,” tegas Reza.

Langkah itu dilakukan karena Reza percaya, saham-saham underlying yang dipilih saat ini sudah undervalue.

HPAM memilih saham undervalue yang menerapkan good corporate governance, namun belum dikoleksi oleh investor asing.

“Sehingga pada saat asing mulai mengoleksi, volatilitas dari HPAM Smart Beta hanya akan menghasilkan alpha,” ujar Reza.

Tahun 2019, dana kelolaan produk ini sekitar Rp 1,3 triliun dan tahun ini diharapkan bisa naik menjadi Rp 1,7 triliun. Produk ini diperuntukkan bagi investor ritel maupun institusi.

Investasi awalnya Rp 500.000 dan selanjutnya Rp 100.000. Management fee sebesar 3% per tahun.

Cipta Sakura Equity

Produk yang diluncurkan pada 11 Desember 2014 besutan Ciptadana Aseet Management ini sepanjang tahun 2019 menghasilkan imbal hasil 16,24%.

Dalam pengelolaan portofolionya, produk ini menempatkan investasinya sebesar 87% di saham dan sisanya di pasar uang.

Sekalipun manajer investasi lain menekan porsi sahamnya di sektor tambang, namun Ciptadana masih konsisten mengalokasikan investasi di saham sektor tambang, besarannya 32,11%.

Adapun alokasi saham untuk sektor perdagangan 21,44%, infrastruktur dan transportasi 14,20% dan sisanya tersebar di properti, pertanian, dan consumer good.

Kepemilikan terbesar ada di ADRO, CASS, MDKA, PSAB, dan TLKM.

Ciptadana yakin, saham pilihan ini merupakan saham-saham yang mampu bertumbuh dan dikelola secara aktif agresif.

Untuk investasi di produk ini, minimal Rp 100.000. Sementara management fee yang dikenakan 1%.

Majoris Saham Gemilang Indonesia

Majoris Saham Gemilang Indonesia merupakan besutan PT Majoris Asset Management yang diluncurkan pada 18 Juli 2018.

Sekalipun tergolong produk anyar, sepanjang tahun lalu mampu menorehkan kinerja yang gemilang. Menurut data Infovesta Utama, produk ini mampu mencetak imbal hasil 7,54%.

Dalam pengelolaan investasinya, pihak Majoris banyak menempatkan portofolionya pada saham-saham blue chips yang punya risiko minimal.

Pilihan sahamnya banyak di sektor perbankan dan consumer good. Lima alokasi terbesar dari keloalan produk ini ada di saham BBCA, BBRI, BMRI, ICBP, dan INDF.

Pihak manajemen Majoris melihat, tahun ini masih ada tantangan terkait dengan virus korona dan kebijakan rencana pemerintah untuk mempercepat proses masuknya investasi ke Indonesia melalui penerbitan Omnibus Law.

Untuk itu, Majoris akan memilih saham-saham yang berfundamental baik dan berkarakter high conviction.

Hingga akhir Januari 2020, dana kelolaan produk Marjoris Saham Gemilang ini adalah Rp 16,89 miliar.

Produk ini menerapkan minimum investasi awal hanya Rp 10.000, pun investasi  minimal selanjutnya besaran nilainya sama.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Reporter: DANIELISA PUTRIADITA, Fransiska Firlana
Editor: Havid Vebri
Share :
Artikel Lainnya