Anda Belum Login,
silakan login atau register ?
Login Register
Pilih Edisi
Pilih Edisi
background
Buka Bisnis Kuliner di Zaman Digital
Reksadana Jagoan Penghasil Cuan

background
Kiat Pemberi Cuan, Saat Pasar Nelangsa
INVESTASI REKSADANA | 21 Mei 2020
Kiat Pemberi Cuan, Saat Pasar Nelangsa

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Tekor, itulah kata yang tepat untuk melihat indeks reksadana saham dalam rentang waktu periode lima tahun.

Data yang dihimpun Infovesta, indeks reksadana saham atau Infovesta 90 Equity Fund Index tercatat -12, 1% untuk periode lima tahun yang berakhir Desember 2019.

Sementara, indeks harga saham gabungan (IHSG) pada periode yang justru positif 20,52%.

Kondisi ini setidaknya menjelaskan, banyak investor reksadana saham tekor dalam periode lima tahun. Jangankan melebihi kinerja IHSG, reksadana saham tak mampu mengekori return IHSG.

“Banyak manager investasi (MI) salah strategi, sehingga return turun seiring anjloknya harga saham,” kata Wawan Hendrayana, Head of Investment Research Infovesta Utama, Senin (10/3).

Wawan bilang, setidaknya indeks reksadana saham sama dengan return IHSG. Namun pada kenyataannya, tak banyak MI yang bisa mengejar atau menyamakan return dengan IHSG.

Kondisi ini digambarkan Wawan sebagai kegagalan MI mengelola portofolio. Meski demikian, Wawan tak menampik banyak tantangan bursa saham dalam kurun waktu 5 tahun terakhir.

Mulai dari perang dagang Amerika Serikat (AS) dengan China, pemilu serta turunnya gairah investasi global. “Tapi ini bukan alasan indeks return reksadana saham menjadi negatif,” kata Wawan.

Meski negatif pada periode lima tahun sebelumnya, untuk ke depan, Manajer Investasi (MI) justru melirik peluang return yang lebih baik.

Pasalnya, IHSG yang sempat anjlok ke posisi terendah sejak 2016 menjadi 5.136,80, merupakan peluang bagi MI masuk dan mengoleksi saham pilihan.

Kondisi ini dianggap sebagai momentum bagi investor untuk masuk dan menikmati return saat IHSG kembali  menguat.

Nurdiaz Alvin Pattisahusiwa, Direktur Utama PT Mandiri Manajemen Investasi (MMI) bilang, ini kesempatan masuk ke reksadana saham karena harga saham yang sedang murah.

“Prospek Investasi reksadana saham sangat baik terlebih dengan adanya aksi sell-off di pasar saham yang menyebabkan valuasi bursa berada pada kisaran terendah dalam 10 tahun terakhir,” kata Nurdiaz.

Hal yang sama diutarakan Paula Rianty Komarudin, Direktur Utama Direktur Utama Ciptadana Asset Management.

Menurut Paula, sekarang adalah saat tepat untuk masuk ke bursa. “Prospek investasi reksadana saat ini sedang baik, karena saat ini pasar saham sedang tertekan karena adanya beberapa kasus,” kata Paula.

Dengan masuk ke bursa saham sekarang, ada peluang mendapat return dari kenaikan saham setelah semua masalah mereda. “Tapi horizonnya harus jangka panjang,” kata Paula.

Sebelum memilih reksadana sahamnya, sebaiknya kita lihat strategi reksadana saham jawara yang berhasil tampil prima periode lima tahun lalu. Berikut reksadana saham pilihan Infovesta untuk periode 5 tahun.

Sucorinvest Equity Fund

Reksadana saham besutan dari Sucor Asset Management ini dirilis ke pasar pada 8 Mei 2012. Reksadana ini berhasil mencatat return jauh di atas indeks reksadana saham yang negatif pada periode lima tahun.

Merujuk data Infovesta, return dari reksadana Sucorinvest Equity Fund ini tercatat 78,34% dalam periode lima tahun dan mencatat return tahunan sebesar 12,27%.

Tentu ada strategi mumpuni yang dilakukan Sucor Asset Management agar kinerja reksadananya bisa menghasilkan kinerja lebih baik dari indeks reksadana saham maupun dari IHSG.

Merujuk fund fact sheet, produk ini menempatkan antara 80% sampai 100% untuk instrumen saham. Kemudian untuk instrumen pasar uang disesuaikan dari 0% sampai 20%.

“Minimum 60% dari keseluruhan efek ekuitas akan diinvestasikan saham LQ45, dengan lebih banyak saham sektor komoditi, barang konsumsi dan keuangan,” jelas keterangan yang tersaji dalam fund fact sheet yang dirilis Februari 2020.

Merujuk data Infovesta, sampai Desember 2019, reksadana ini memiliki total dana kelolaan Rp 1,98 triliun.

Adapun saham yang menjadi penempatan dana reksadana ini adalah; PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Astra International Tbk (ASII), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), PT Gudang Garam Tbk (GGRM) dan PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM).

Pada Februari, alokasi aset ditempatkan 99,17% untuk saham dan sebesar 0,83% untuk pasar uang.

Rencana Cerdas

Reksadana unggulan lain yang menghasilkan return positif di antara reksadana saham lainnya adalah reksadana Rencana Cerdas yang dibesut Ciptadana Asset Management pada 9 Juli 1990 lalu.

Merujuk data Infovesta, reksadana yang sudah matang dari sisi umur tersebut mencatat return 19,43% dalam periode lima tahun.

Meski positif, return dari reksadana ini lebih rendah dari return IHSG periode lima tahun yang tercatat sebesar 20,52%. Boleh dibilang, kisaran return reksadana ini mengekori kinerja IHSG dan ini diakui oleh MI-nya.

“Pengelolaan Rencana Cerdas mengikuti indeks acuannya, hal ini terlihat dalam hasil kinerja,” kata Paula Rianty Komarudin, Direktur Utama Direktur Utama Ciptadana Asset Management.

Paula menjelaskan, produk reksadana Rencana Cerdas merupakan reksadana yang cocok untuk investor yang ingin berinvestasi untuk jangka panjang antara 3 tahun sampai lima tahun.

Untuk investasi produk ini, investor bisa memulainya dari Rp 100.000.

Sampai Desember 2019, reksadana ini memiliki dana kelolaan sebesar Rp 110,4 miliar. Paula bilang, pihaknya akan memberikan informasi berkala kepada para investor agar mereka bisa menambah investasi di reksadana ini.

Agar bisa mendapatkan return yang lebih baik ke depan, Paula mengatakan bahwa pihaknya akan memilih saham yang berkualitas dengan harga fair value yang rendah.

“Prospek investasi reksadana saat ini baik, karena pada saat pasar saham sedang tertekan karena adanya beberapa kasus, di sisi lain juga menawarkan kesempatan untuk berinvestasi dengan harga perolehan yang cukup rendah, asalkan horizon investasi kita cukup panjang,” kata Paula.

Mandiri Investa Equity ASEAN 5 Plus

Reksadana Mandiri Investa Equity ASEAN 5 Plus termasuk dalam daftar reksadana saham jawara periode lima tahun versi Infovesta.

Reksadana besutan Mandiri Manajemen Investasi (MMI) ini berhasil mencatat return sebesar 19,10% dalam periode lima tahun.

Nurdiaz Alvin Pattisahusiwa, Direktur Utama PT Mandiri Manajemen Investasi bilang, reksadana yang dirilis 22 November 2013 ini menempatkan instrumen investasi terbesar pada saham yang bisa 100%.

Tak hanya saham di dalam negeri saja yang dikoleksi, tetapi juga saham di luar negeri.

“Saat ini sekitar 10% alokasi saham kami di bursa Amerika Serikat (AS), Hongkong dan Singapura. Sekitar 80%-85% di pasar saham domestik dan 5% di money market rupiah,” kata Nurdiaz.

Investasi di bursa saham di luar negeri menjadi cara MMI mengurangi risiko atas fluktuasi saham di dalam negeri.

Sampai Desember 2019, reksadana Mandiri Investa Equity ASEAN 5 Plus ini telah memiliki dana kelolaan sebesar Rp 449,12 miliar.

"Kami berupaya investasi pada saham yang mempunyai potensi pertumbuhan pendapatan yang lebih tinggi namun juga sustainable,” kata Nurdiaz.                                                           

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Reporter: Asnil Bambani Amri
Editor: Havid Vebri
Share :
Artikel Lainnya