Anda Belum Login,
silakan login atau register ?
Login Register
Pilih Edisi
Pilih Edisi
background
Buka Bisnis Kuliner di Zaman Digital
Reksadana Jagoan Penghasil Cuan

background
Gowes Lagi Tren, Yuk, Jajal Usaha Toko Sepeda!
SEPEDA | 13 September 2020
Gowes Lagi Tren, Yuk, Jajal Usaha Toko Sepeda!

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meruyaknya wabah korona (Covid-19) semakin meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berolahraga. Nah, salah satu olahraga yang paling diminati saat ini adalah bersepeda. Tak heran bila kita sering melihat jejeran pesepeda yang lalu lalang di jalanan setiap harinya.

Tren ini juga ditandai dengan maraknya bisnis yang berkaitan dengan sepeda. Mulai dari bengkel sepeda, bengkel custom, toko aksesori, maupun toko sepeda itu sendiri. Apalagi peningkatan demand kali ini memang tak biasa. Banyak pedagang yang bahkan sering kehabisan stok karena tingginya permintaan.

Bahkan, pelanggan pun rela untuk indent produk atau mengambil nomor antrean hanya untuk mendapatkan sepeda yang diinginkan. Vely Wiguna, pemilik Atex Bike Shop (ABS) di Kebayoran Lama, Jakata Selatan, mengakui, dalam tiga bulan terakhir anomali permintaan sepeda meningkat pesat.

Pertumbuhan permintaan ini juga melambungkan harga jual sepeda di pasaran. Vely menyebut, peningkatan bahkan bisa terjadi hingga dua kali lipat untuk produk-produk tertentu. Malahan ia sendiri sulit mengestimasi harga jual, karena fluktuasi harga dalam tiga bulan ini terjadi sangat cepat. "Pemintaan tinggi sekali, harga jual juga sangat fluktatif," ujarnya.

Kondisi serupa juga dirasakan Abas, pemilik AM Bike Shop di Depok, Jawa Barat. Saking tingginya permintaan, stok sepeda di tokonya kian menipis.

Stok yang biasanya bisa bertahan dalam 3 bulan hingga 4 bulan, saat ini, habis hanya dalam waktu satu bulan saja. Meningkatnya permintaan terjadi di semua segmen usia dan jenis sepeda. Mulai dari sepeda lipat, sepeda road bike, mountain bike, fixie, hingga sepeda anak, semuanya mengalami peningkatan yang luar biasa.

"Iya, barang jadi lebih cepat habis, makanya kami juga langsung kontak distributor untuk minta cepat-cepat barang dikirim," ujar Abas.

Begitu halnya Widi, pemilik Crazy Bike Shop di Rawasari, Jakarta Timur, menyebut tingginya permintaan membuat harga produk mengalami peningkatan secara harian. Lonjakan itu mengikuti peningkatan harga yang sudah terjadi di tingkat distributor. "Iya makanya, kami sering dikomplain pelanggan. Katanya, kok, harga naik terus," tambahnya.

Toh demikian, tetap saja ada konsumen yang membawa pulang sepeda dengan harga mahal. Tingginya minat masyarakat dalam bersepeda tentunya bisa menjadi peluang bisnis yang menguntungkan.

Kendati demikian, tetap ada risiko yang mengintai bila tidak cermat dalam menjalani usaha ini. Nah, jika Anda seorang pemula yang berniat menekuni usaha toko sepeda, ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan supaya bisnis ini bisa langgeng dan mendatangkan cuan lumayan.

Modal toko sepeda

Modal awal yang harus Anda disiapkan untuk membuka usaha toko sepeda memang tidak murah. Untuk pengadaan stok sepeda saja bisa mencapai puluhan juta hingga ratusan juta rupiah.

Apalagi jika sepeda yang Anda sediakan baru, dan dari berbagai merek terkenal yang cukup mahal. Jika dana terbatas untuk modal pengadaan barang, bisa juga menjalin kerjasama konsinyasi dari pemasok dengan sistem 'beli kalau laku'. Dengan sistem tersebut, Anda bisa menyetok sepeda dalam berbagai varian dan jenis dalam jumlah banyak.

Namun, sistem ini banyak diterapkan toko besar yang sudah menjalin relasi lama dengan distributor. Buat toko pemula, sistem ini sulit diterapkan karena distributor belum percaya.

Yang paling mungkin adalah menerapkan sistem beli putus. Tapi apa pun sistem yang diterapkan, baik itu konsinyasi atau beli putus, usahakan untuk membeli produk sepeda langsung dari distributor demi mendapatkan harga miring, sehingga bisa dijual lagi.

Namun, mengambil barang dari distibutor juga tidak mudah. Sebab, distributor biasanya menetapkan syarat pembelian dengan minimal pembelian dalam jumlah tertentu. Artinya, ini akan sangat bergantung pada kemampuan modal yang Anda miliki.

Nah, jika belum bisa menembus distributor, Anda bisa juga, kok, mencari pasokan sepeda dari beberapa toko grosir. Hanya, Anda harus rajin-rajin membandingkan harga yang ditawarkan, karena tiap-tiap grosir pasti mematok harga berbeda.

Namun, bagi beberapa pemain lama yang sudah memiliki modal cukup kuat, biasanya mereka membeli sepeda langsung dari distributor. Contohnya Crazy Bike yang lebih banyak melakukan sistem beli putus dari distributor langsung dalam pengadaan barang. Dengan sistem ini, prioritas pengadaan barang pun hanya fokus pada jenis-jenis sepeda yang paling diminati pasar.

Widi bisa mengeluarkan modal minimal Rp 60 juta untuk sekali stok sepeda. Unit yang distok pun berbeda-beda, menyesuaikan dengan demand pelanggan. Misalnya, untuk tipe sepeda menengah dengan kisaran harga Rp 6 juta per unit, Crazy Bike hanya menyetok maksimal 10 unit.

Ini, sih, beda-beda, misalnya kita keluarin Rp 60 juta, ya kalau beli yang tipe tinggi tentu dapatnya sedikit. Itu pun margin kami tipis-tipis saja, yang penting bisa muter modal, ujar Widi.

Senada, AM Bike Shop juga hanya menjual produk yang cepat laku. Abas mengaku, modal awal membuka toko mencapai 150 juta. Sedangkan modal cadangan di kisaran Rp 25 juta hingga Rp 50 juta tergantung kebutuhan.

Modal tersebut sudah termasuk pengadaan sparepart dan aksesori sepeda, seperti ban, lampu, pedal, jok, dan lain-lain. Namun, modal tersebut belum termasuk biaya sewa toko, listrik, serta biaya operasional lainnya.

Segmentasi pasar dan produk

Langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah pemetaan pasar. Dengan pemetaan pasar, Anda bisa menentukan segmentasi pasar yang ingin dituju. Produk yang dijual pun tentunya akan menyesuaikan.

Dilihat dari harga jual, segmentasi pasar sepeda terbagi dalam beberapa kelas. Mulai dari bawah, kelas menengah, hingga kelas atas. Masing-masing memiliki ceruk pasar sendiri. ABS, misalnya, saat ini fokus menjual sepeda di kelas bawah sampai menengah, dengan rentang harga Rp 1,5 juta hingga Rp 12 juta. Adapun margin berkisar 10%20%.

Pemilihan itu bukan tanpa alasan. "Segmen pasar ini merupakan yang terbesar ketimbang produk Rp 12 juta ke atas," ujar Vely.

Hanya, apa pun segmentasi pasar yang dibidik, pilihannya sepeda harus lengkap, sehingga pelanggan bisa memilih yang tepat sesuai kebutuhannya. Mulai dari sepeda gunung (MTB), sepeda lipat (folding bike), sepeda khusus anak-anak dari berbagai usia, serta sepeda khusus wanita.

Sediakan juga berbagai merek dari tiap jenis sepeda agar pelanggan bisa memilih dan menentukan produk yang paling diminatinya. Bukan hanya unit sepedanya, kalau perlu juga sediakan berbagai peralatan pelengkap sepeda, seperti suku cadang, aksesori, dan lain-lain.

Strategi ini pula yang diterapkan ABS. Di toko ini hampir semua jenis sepeda bisa ditemukan. Toko ini juga banyak menjual berbagai peralatan pelengkap sepeda lainnya.

Membidik segmen menengah, AM Bike Shop juga menyediakan hampir semua jenis sepeda, termasuk sepeda anak-anak. Keuntungan yang didapat untuk setiap segmen berbeda-beda, tergantung produk. Tapi biasanya berkisar antara 10%20% dari harga jual.

Namun demikian, jenis produk yang paling banyak diburu di toko ini adalah sepeda lipat atau folding bike. Capaiannya hampir 70% dari total penjualan. Selain itu, pelanggan juga masih banyak mencari jenis sepeda road bike dan MTB.

Folding sama road bike itu hampir sama demand-nya. Tetapi lebih cenderung ke folding sih, ya, penjualannya sampai 60%70%-lah, ujar Abas.

Crazy Bike yang berlokasi di Rawasari, Jakarta Timur, juga membidik segmen menengah, dengan menyediakan berbagai jenis dan ukuran sepeda. Bedanya, Crazy Bike tidak mengincar segmen anak-anak, karena marginnya tidak besar. Sedangkan sepeda anak dari sisi harga sudah terlalu murah.

"Kami harus pintar-pintar melihat pasar. Di tipe apa dan sepeda apa yang masih bertahan dan dicari orang. Jadi, kita harus punya produk itu," ujar Widi.

Di toko ini, pelanggan juga banyak mencari sepeda lipat berbagai ukuran. Tren ini meningkat disebabkan naik daunnya merek sepeda folding, seperti Brompton, yang sempat terseret kasus penyelundupan di Garuda Indonesia.

Toko dan bengkel sepeda

Lokasi usaha

Penentuan segmentasi pasar juga sangat berkaitan dengan lokasi usaha. Namun baiknya, apa pun segmen yang dibidik, pastikan bahwa toko Anda berada di lokasi yang strategis agar bisa ditemukan banyak orang dengan mudah.

Lokasi toko akan lebih bagus jika berada di sekitar jalan raya, sehingga menjangkau banyak orang dari berbagai kalangan. Jika lokasi toko yang dimiliki berada di tempat strategis, seperti di dalam pasar atau pinggir jalan ramai, maka popularitas bisa didapat dalam waktu yang lebih cepat.

Sebab, semakin ramai lokasi toko, maka semakin besar peluang orang datang untuk membeli. Seperti ABS yang membuka toko di dekat Pasar Kebayoran Lama, Jakarta. Lokasi kami sangat ramai, banyak orang datang ke toko kami, ujar Vely.

Namun di manapun lokasi yang dipilih, sediakan sedikit lahan di depan toko sebagai tempat parkir. Setelah mendapat lokasi yang dirasa pas, usahakan tempat tersebut dibuat semenarik mungkin. Jika perlu renovasi desain interiornya agar lebih kece, sehingga menarik buat orang datang.

Penataan barang juga harus rapi, dengan menaruh produk yang dijual pada tempatnya sendiri-sendiri sesuai jenisnya. Misalnya, komponen atau sparepart bisa diletakkan di rak kayu maupun frame sepeda yang digantung, hingga sepeda yang diletakkan di lantai berjejeran. Sediakan juga meja dan kursi buat pengunjung berdiskusi secara nyaman soal sepeda yang diinginkan.

Jika Anda memiliki dana yang cukup besar, bisa juga membuka cabang toko dengan menyewa tempat di pusat-pusat perbelanjaan.

Strategi promosi

Setiap toko sepeda menawarkan strategi promosi berbeda-beda. Di era internet seperti sekarang, promosi lewat sosial media (sosmed) menjadi sarana pemasaran paling efektif.

Ada banyak sarana sosmed yang bisa dimanfaatkan, seperti Instagram, Facebook, hingga Whatsapp (WA). Contoh ABS yang lebih banyak menjajakan produknya melalui grup WA komunitas sepeda, yang lebih direct alias langsung kepada mereka yang hobi bersepeda.

"Selain itu, toko ini juga lebih banyak promosi langsung dari mulut ke mulut. Strategi ini cukup efektif," ucap Vely.

Demi menarik lebih banyak konsumen, beberapa toko sepeda juga menggelar event bersepeda bersama komunitas sepeda tertentu. Seperti dilakukan Crazy Bike yang rutin menggelar acara semacam itu setiap seminggu sekali.

Toko ini juga gencar mengkampanyekan event tersebut lewat sosial media, online shop, dan WA group komunitas, sehingga pesertanya terus bertambah. Kegiatan ini menumbuhkan kepercayaan pelanggan kepada toko kami, ujar Widi.

Dengan menggandeng banyak komunitas sepeda, dirinya mengaku lebih fleksibel dalam menentukan harga jual serta produk yang dicari. Misalnya, kalau ada pelanggan meminta dicarikan tipe sepeda tertentu yang tidak ada di toko, ia akan mengusahakan. Bahkan, ia juga membuka opsi titip jual bagi anggota komunitas sepeda selama barang masih baru atau kondisinya masih cukup baik.

Strategi serupa juga dilakukan AM Bike Shop, dengan menggelar kegiatan gowes bareng komunitas. Sedangkan pemasaran online tidak dilakukan, karena dengan penjualan offline saja, manajemen stok sudah cukup repot untuk mengimbangi peningkatan permintaan.

"Online shop dulu sempet main, tetapi banyak keluhan soal ongkos kirim yang mahal. Memang pasarnya jadi lebih besar, tetapi harganya jadi lebih mahal karena ongkir," ujar Abas.

Sementara untuk penjualan bisa lebih murah, karena terkadang ia juga memberikan harga promo. Biasanya promo potongan harga berlaku bagi pembelian dengan jumlah tertentu. "Yang penting dari promo masih ada untung buat kami," tutupnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Reporter: Andy Dwijayanto
Editor: Hendrika
Share :
Artikel Lainnya