Anda Belum Login,
silakan login atau register ?
Login Register
Pilih Edisi
Pilih Edisi
background
Buka Bisnis Kuliner di Zaman Digital
Reksadana Jagoan Penghasil Cuan

background
Bisnis Kedai Kopi Masih Terasa Nikmat
BISNIS KULINER | 25 Februari 2020
Bisnis Kedai Kopi Masih Terasa Nikmat
Barista melayani pembeli di kedai kopi umkm binaan Bank Permata di Bogor Jawa Barat, Senin (16/12). Mendekati akhir tahun 2019, perbankan semakin injak gas mengejar pemenuhan batas minimum penyaluran kredit ke segmen usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM)

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bercengkrama sembari minum kopi sudah menjadi tren di kalangan masyarakat Indonesia. Tak heran jika warung kopi kian menjamur, mulai dai warung kecil hingga kafe berkelas.

Seiring dengan perkembangan zaman, kafe kopi atau coffee shop bahkan sering  dijadikan tempat untuk bekerja bagi para freelancer atau pegawai dengan jam kerja fleksible.

Dengan melihat tren ini, maka bisnis coffee shop masih memiliki prospek cerah di masa mendatang. Hanya saja, bisnis ini juga pasti punya tantangan, terutama dari persaingan usaha. Seiring dengan peluang yang semakin besar, peminat usaha ini pasti semakin banyak.

Untuk itu, persiapan matang perlu dilakukan sebelum benar-benar terjun ke bisnis coffee shop. Bukan hanya modal yang besar, namun juga ilmu pengetahuan soal kopi yang perlu dipertajam.

Makanya, sebagian besar pelaku usaha coffee shop adalah orang-orang sudah lama menggemari dunia kopi.

Seperti Jeffrey Satria Rahadian, pemilik kedai Kopikohlie yang memulai usaha kafenya dari jasa roasting kopi serta penjualan biji kopi sangrai.

Awalnya Jeffrey mempelajari dunia kopi secara otodidak dari sang ayah yang memang sudah lama mengerti soal kopi. “Yang paling penting adalah ilmu pengetahuan dasar kopi harus ada. Artinya, memang mengerti betul cara meracik dan cara menyeduh,” tuturnya.

Bermula dari bisnis coffee roastery di tahun 2013, Jeffrey akhirnya mendirikan Kopikohlie di Kebon Jeruk, Jakarta Barat pada tahun 2018.

Ada banyak hal yang perlu Jeffrey persiapkan sebelum mantap membuka kafe kopi. Modal memang menjadi syarat utama untuk membuka usaha. Adapun anggaran paling besar biasanya untuk sewa ruko dan mesin pembuat kopi.

Untuk sebuah kedai kopi speciality, satu mesin profesional menurut Jeffrey bisa dibeli dengan harga kisaran Rp 125 juta-Rp 150 juta. Satu kafe biasanya cukup menggunakan satu mesin. Namun, ada beberapa kafe yang menggunakan dua mesin.

Sementara harga sewa tempat tentu beragam tergantung lokasinya. Harga sewa tempat di Jakarta berbeda dengan Bandung, Yogyakarta, Malang, atau kota-kota lainnya. Lokasi yang lebih strategis biasanya membuat harga sewa semakin mahal.

Di Jakarta, harga sewa ruko bisa mencapai puluhan bahkan ratusan juta per tahun. “Ada penyewaan tahunan, ada pula yang mengharuskan minimal tiga tahun,” papar Jeffrey.

Kopi Giyanti

Dimas Samoedra, pemilik kedai Pabrik Kopi Senja Mataram mengaku merogoh kocek hingga Rp 300 juta untuk membuka kedai kopi di Pasar Tawangmangu, Malang, Jawa Timur.

Modal paling besar memang untuk menyewa atau membeli kios serta membeli alat penyeduh kopi atau mesin espresso. “Mesin penyeduh espresso untuk single group saja harganya bisa sampai Rp 45 juta untuk standar profesional,” lanjut Dimas.

Anggaran lain yang juga harus diperhitungkan adalah biaya pembelian bahan baku, gaji barista dan pelayan hingga tarif listrik.

Menyusun konsep

Bagi yang tak ingin repot memikirkan persiapan bisnis coffee shop, tawaran kemitraan juga bisa menjadi pilihan. Seperti kemitraan kafe kopi dari Coffee Zone Indonesia.

Coffee Zone sudah memiliki 30 gerai seluruh Indonesia. “Kami mulai mendirikan Coffee Zone sudah sejak 10 tahun lalu, jadi jaringan kami juga sudah banyak. Sudah banyak petani yang bekerjasama, baik dari Sumatera, Bali, maupun Jawa,” papar Utama Budi Imanto, pendiri Coffee Zone Indonesia.

Coffee Zone menawarkan kemitraan dengan nilai investasi Rp 500 juta. Mitra usaha akan mendapat fasilitas mebel untuk interior dan eksterior kedai, desain ruangan, perlengkapan coffee shop, serta bahan baku. Lantaran sifatnya kemitraan, maka pemilik usaha tinggal mengikuti resep yang sudah disiapkan oleh pusat.

Sementara, bagi yang ingin membangun usahanya sendiri, ada hal lain yang tak kalah penting dari modal, yakni konsep bisnis dan brand.

“Menurut saya, perencanaan brand itu penting sekali, membuat brand menarik tetapi jangan asal dan norak karena bisa menjadi bumerang yang berbalik menyerang kita” ujar Jeffrey.

Jeffrey memberi nama kafenya Kopikohlie yang mencerminkan tiga identitas, yakni menunjukkan kedai kopi, identitas Tionghoa dan identitas kemargaan. “Jadi disimpulkan artinya adalah  orang Indonesia peranakan Tionghoa yang menjual dan mempopulerkan kopi nusantara,” paparnya.

Minuman jenis kopi pada kedai Kopikohlie menggunakan nama standar, seperti espresso, americano, piccolo, cappucino dan latte. Namun, beberapa minuman lain namanya cukup unik.

Misalnya, “mbak novi” untuk minuman kopi susu pisang,  “mbak echa” untuk kopi susu teh hijau, dan “mas uto” untuk minuman susu ubi ungu.

Nama-nama ini menurut Jeffrey mencerminkan suasana kedai yang seperti rumah. “Karena tempat kami di rumah, jadi namanya terinspirasi dari orang-orang yang biasanya di sekitar rumah namanya siapa saja,” ungkap Jeffrey.

Menu kopi di Kopikohlie dijual dengan harga Rp16.000-Rp28.000 per cangkir. Di samping itu, ada menu makanan seperti kue donat dan kentang goreng yang bisa dinikmati sembari minum kopi.

Untuk mempersiapkan brand serta konsep kafenya, Jeffrey butuh waktu sekitar tiga bulan. Konsep kafe disiapkan secara matang dengan bantuan agensi.

“Ada orang yang berpikir untuk membayar murah konsultan brand dan logo, lalu dibuat dengan sekenanya saja. Menurut saya tidak bisa begitu, jangan terlalu pelit untuk membuat logo atau branding yang bagus,” papar Jeffrey.

Brand merupakan gambaran bisnis yang nantinya akan melekat di benak konsumen. Untuk itu, membangun brand sejak awal menjadi kunci penting dalam mendirikan bisnis coffee shop ini.

Jika baru pertama menggeluti bisnis, Jeffrey menyarankan untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan konsultan profesional sehingga akan mendapat arahan mengenai strategi bisnis yang tepat.

Sementara, Dimas mengaku sudah memiliki target konsumen sebelum membuka usaha kedai kopinya. “Target kami memang orang-orang yang datang ke pasar,” tutur Dimas.

Tak hanya sebagai kafe, Pabrik Kopi Senja Mataram merupakan tempat produksi kopi bubuk. Dimas memang sudah delapan tahun menekuni bisnis kopi bubuk sebelum akhirnya membuka Pabrik Kopi Senja Mataram.

warung kopi proklamasi

Lantaran perlu riset rasa hingga tes pasar, maka Dimas membuka kafe dengan tujuan agar dapat memberikan solusi bagi pelaku usaha kopi yang menggunakan produknya.

Kini, Pabrik Kopi Senja Mataram berkembang menjadi salah satu kafe populer di Malang. Ada sembilan menu kopi kreasi sendiri yang disajikan di Pabrik Kopi Senja Mataram, dengan enam menu kopi panas dan tiga menu es kopi.

Namun yang menjadi andalan adalah kopi juragan dan arumdalu. Keduanya merupakan jenis kopi arabica. Selain kopi, pengunjung Pabrik Kopi Senja Mataram dapat menikmati kudapan berupa tempe goreng, tahu goreng dan pisang goreng.

Pengunjung dapat menikmati kopi racikan Dimas dengan harga antara Rp 10.000-Rp15.000 per cangkir.

Tingkatkan promosi

Sebelum menentukan lokasi kedai kopinya, Dimas memang sudah menentukan target pembeli yang dibidik. Makanya, meski kedai kopi baru terus berdatangan, Dimas tak khawatir kehilangan pelanggan.

“Karena target pasar kami memang beda. Saya menyasar orang-orang yang datang ke pasar,” ujar Dimas.

Namun demikian, bukan berarti Dimas tidak pernah menghadapi sepi pembeli. Dalam siklus usaha normal, pasti ada kalanya kafe akan ramai dan sebaliknya, sepi.

Untuk menjaga kelangsungan bisnis, Dimas selalu memastikan kondisi keuangan sehat. “Kalau sedang surplus kami syukuri, tetapi memang ada kalanya kami harus mengencangkan ikat pinggang. Kuncinya adalah selalu berkembang dan mengikuti perkembangan zaman,” lanjutnya.

Sejauh ini, Dimas tidak menggunakan strategi promosi khusus untuk meningkatkan penjualannya. Promosi hanya dilakukannya sendiri melalui media sosial.

Sementara di kafe Kopikohlie, pengunjung biasanya cenderung sepi di awal-awal tahun ketika curah hujan masih tinggi. Hari libur panjang seperti Idul Fitri atau Natal juga membuat pengunjung berkurang.

“Bisnis memang tidak selalu bagus. Ketika sepi, potensi defisit pasti ada. Beberapa kali kami hanya mencapai omzet minimal saja, jadi tidak untung,” ungkap Jeffrey.

Untuk itu, Jeffrey akan memaksimalkan promosi ketika akan menghadapi musim ramai pembeli. Hal ini dilakukan untuk menutup kerugian ketika pembeli sepi.

Jeffrey menganggarkan biaya iklan dan promosi dengan kisaran Rp500.000-Rp 1 juta per bulan. Adapun penggunaannya untuk membiayai promosi melalui media sosial.

“Kami juga memasukkan iklan ke beberapa akun media sosial  endorser makanan. Menurut saya ini penting di era sekarang karena masyarakat lebih sering berbagi di media sosial,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Reporter: Wuwun Nafsiah
Editor: Havid Vebri
Share :
Artikel Lainnya