Anda Belum Login,
silakan login atau register ?
Login Register
Pilih Edisi
Pilih Edisi
background
Buka Bisnis Kuliner di Zaman Digital
Reksadana Jagoan Penghasil Cuan

background
Adu Teknologi Pintar untuk Menarik Investor
INVESTASI REKSADANA | 21 Mei 2020
Adu Teknologi Pintar untuk Menarik Investor

KONTAN.CO.ID - Jakarta

Reksadana menjadi salah satu instrumen investasi yang cukup diminati. Modal yang murah dan cara pembelian yang mudah dengan akses yang lancar membuat antusias masyarakat untuk membeli produk reksadana pun terus bertumbuh setiap tahunnya.

Apalagi sejak kemunculan marketplace reksadana. Hanya mengandalkan telepon pintar, kita sudah bisa membeli sekaligus memantau pergerakan produk yang dibeli. Pada akhirnya kemudahan ini turut membuat jumlah investor reksadana terus bergerak naik.

Seperti yang terjadi di marketplace reksadana, Bareksa. Supermarket reksadana yang dikelola oleh PT Bareksa Portal Investasi itu mencatatkan lonjakan jumlah investor hingga tiga kali lipat. Kalau pada akhir 2017 investor Bareksa hanya sekitar 600.000 nasabah, kini per Januari 2020 jumlahnya menjadi 1,8 juta.

Ni Putu Kurniasari, Chief Research and Business Development Officer Bareksa, mengakui kemudahan dalam bertransaksi memang telah berhasil mendorong antusias masyarakat untuk berinvestasi. “Bareksa sendiri saat ini memegang 42% dari market shared industri reksadana dalam sisi jumlah investor,” ujarnya.

Nah, untuk terus meningkatkan jumlah investor, Bareksa juga terus berinovasi agar memudahkan para nasabahnya. Dalam hal pembayaran, mereka menggandeng OVO. Kemudian terkait kanal pembelian, kini produk Bareksa bisa dibeli melalui Bukalapak dan Tokopedia.

Selain Bareksa, pertumbuhan investor juga dialami Ipotfund. Marketplace reksadana besutan PT Indo Premier Sekuritas menyatakan ada peningkatan jumlah investor setelah mereka memberlakukan pembukaan rekening secara online di akhir 2018.  “Nasabah kami naik signifikan. Sekarang sudah mencapai 220.000 nasabah,” beber Paramita Sari, Head of Marketing & Retail PT Indo Premier Sekuritas

Tak berhenti sampai di situ, rencananya dalam sebulan atau 2 bulan ke depan, Ipotfund akan merilis versi terbaru aplikasinya.  Produk anyar itu akan menggabungkan seluruh aplikasi yang dimiliki Indo Premier, seperti IpotGo,  IpotPay, IpotUltima, IpotKu, dan IpotNews. “Ini merupakan jawaban atas keluhan nasabah. Kami akan menjadi semacam super apps,” cetusnya.  

Menurut Paramita, di tengah bermunculannya pemain supermarket reksadana, keberagaman produk dan inovasi menjadi kunci menghadapi persaingan. Cukup dengan menggunakan satu akun, investor bisa melakukan investasi dalam beberapa instrumen sekaligus.

Di lain pihak marketplace reksadana Tanam Duit tidak terlalu memfokuskan pada jumlah investor yang diraihnya. Muhammad Hanif, Direktur Pengembangan Bisnis PT Star Mercato Capitale, mengatakan, Tanam Duit lebih memfokuskan pada persoalan edukasi nasabah. Pasalnya, jumlah investor yang diraih belum tentu mencerminkan aktivitas transaksi.

Terkadang dari total nasabahnya, hanya beberapa saja yang aktif melakukan transaksi. Mereka hanya sekadar membuka rekening saja. “Pertumbuhan jumlah investor akan bagus kalau diikuti dengan pertumbuhan jumlah pengguna aktif. Kadang di kita yang aktif tidak sampai 50% dari yang buka rekening,” ungkapnya.
Inilah pekerjaan rumah yang masih harus diselesaikan oleh pasar digital reksadana. Kata Hanif, selain menjual produk, sebaiknya penyedia reksadana juga terus meningkatkan edukasi di masyarakat.

Sejauh ini program edukasi yang dilakukan Tanam Duit di antaranya  memanfaatkan sosial media dan kunjungan ke kampus atau kantor.    

Pertumbuhan AUM lambat

Pertumbuhan jumlah investor ternyata tak berbanding lurus dengan perolehaan dana kelolaan (AUM) marketplace reksadana. Meski terus mencatatkan pertumbuhan jumlah investor, tapi jumlah dana kelolaannya sedikit mengalami tekanan.

Menurut Paramita Sari, Head of Marketing & Retail PT Indo Premier Sekuritas, memasuki tahun 2020 ini perolehan dana kelolaannya mengalami penurunan ketimbang tahun sebelumnya. Apalagi pada Januari lalu. Di awal tahun penurunannya bisa mencapai double digit. “Memasuki Februari ini trennya mulai bergerak naik. Turunnya hanya sekitar 5%,” bebernya.

Selain penurunan dana kelolaan, rupanya virus korona yang menekan perekonomian di dalam dan luar negeri juga turut mengubah pola investasi nasabah di marketplace reksadana. Banyak investor memindahkan dananya dari reksadana saham ke reksadana pasar uang. Bahkan bulan lalu 70% AUM bersumber dari reksadana pasar uang.
Per Februari lalu total dana kelolaan Ipotfund tercatat berada di level Rp 1,7 triliun. Jumlah tersebut sama dengan pencapaian di akhir 2018. “Padahal di 2019 kemarin sempat naik ke Rp 1,8 triliun,” ucapnya. 

Paramita hanya berharap, hantaman kondisi perekonomian bisa berangsur-angsur mereda. Dengan demikan,  industri reksadana di Tanah Air akan kembali bergairah. Ia pun masih yakin, di pengujung tahun nanti kondisinya akan lebih baik dari awal tahun ini.
Semoga saja.                    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Reporter: RR Putri Werdiningsih
Editor: Hendrika
Share :
Artikel Lainnya