Anda Belum Login,
silakan login atau register ?
Login Register
Pilih Edisi
Pilih Edisi
background
Buka Bisnis Kuliner di Zaman Digital
Reksadana Jagoan Penghasil Cuan

background
Siklus Sepeda yang Diharap Bertahan Lama
SEPEDA | 13 September 2020
Siklus Sepeda yang Diharap Bertahan Lama

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa bulan terakhir toko sepeda kebanjiran pembeli. Kenaikan harga 15% sampai 20% tak menyurutkan pembeli untuk antri membeli sepeda. Memang baru di tahun 2020 ini, beli sepeda harus antri. Bahkan sampai inden, lo, ujar Rudiyono, Ketua Asosiasi Industri Persepedaan Indonesia (AIPI).

Sejatinya, pasar sepeda di tanah air juga punya siklus. Di Indonesia, pasar sepeda mengenal siklus 10 tahunan. Artinya, per-sepuluh tahun ada lonjakan permintaan, seperti yang terjadi pada tahun 2009-2010. Di tahun itu kenaikan permintaan sepeda mencapai 50% karena ada tren sepeda lipat (seli).

CEO Roda Maju Bahagia, produsen sepeda Element, Hendra mengungkapkan tahun 2009, ketika dia mengawali karier sebagai importir sepeda, dia menjual 500 unit seli dalam kurun waktu satu jam. Hingga akhirnya, dalam waktu tiga tahun, dia mampu menjual sekitar 300.000 unit seli.

Booming sepeda juga terjadi ketika sepeda minimalis, fixie muncul di pasar. Maraknya car free day dan semangat bike to work menjadikan seli dan fixie booming. Hanya saja, booming sepeda fixie tak selanggeng seli.

Setelah booming periode 2010-2012, permintaan fixie menurun. Peminatnya tenggelam. Sementara, seli masih eksis hingga sekarang karena desainnya yang simpel cocok untuk dalam kota. Misalnya untuk akses ke kantor, antar gedung, atau antar moda transportasi seperti KRL atau commuter line.

Akhir tahun 2019 lalu, peminat seli kembali menjadi perhatian setelah petinggi maskapai penerbangan di Indonesia kepergok menyelundupkan dua sepeda lipat bermerek Brompton. Masyarakat pun dibuat tercengang karena sepeda Brompton seharga puluhan juta itu ternyata banyak peminatnya di tanah air.

Belakangan, ketika pandemi meruyak, para pelaku sepeda kembali ketiban berkah. Sama seperti terjadi di banyak negara lain, booming sepeda segera terjadi seiring pandemi.

Pemberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang semula membuat mereka was-was justru memacu produksi sepeda harus berlari kencang. Bahkan, menurut Rudiyono, ada pabrikan sepeda yang merumahkan karyawan bulan Maret, tapi bulan April dipanggil karena permintaan meningkat.

"Saya sudah pusing karena terbayang bakal merumahkan karyawan karena kalau ada PSBB jelas akan terhenti produksi. Tapi ternyata kami malah menambah karyawan untuk memenuhi permintaan," jelas Hendra. Produsen sepeda Element yang berbasis di Tegal, Jawa Tengah ini menambah sekitar 100 karyawan. Hendra menyebut, penjualan sepeda sepanjang lima bulan pertama di tahun 2020 yakni di periode Januari hingga Mei, sudah menyamai omzet sepanjang tahun 2019.

Pemain lama di industri sepeda seperti PT Terang Dunia Internusa, produsen United Bike juga mengalami lonjakan permintaan. Untuk memenuhi permintaan yang membludak, United menambah shift.

"Kami juga kebanjiran permintaan dari seller-seller baru. Tapi mau bagaimana, tak semua bisa terpenuhi karena untuk memenuhi permintaan seller yang lama saja, kami sudah kewalahan," ujar Andry Dwinanda, Sales Manager United Bike. Menurut Andry, saat ini permintaan sepeda tidak terfokus satu jenis saja yang menjadi serbuan pembeli. Hampir semua tipe sepeda diminati, mulai MTB, seli, BMX, hingga sepeda anak-anak.

Menurut Direktur Insera Sena, produsen sepeda merek Polygon, William Gozali, bulan Maret atau awal pandemi memang ada penurunan pasar secara drastis. Tapi bulan April, kondisi mulai membaik hingga lebaran lonjakan terjadi. Diler-diler Polygon mengalami lonjakan penjualan hingga 300%.

Tahun ini, menjadi tahunnya industri sepeda serta turunannya. Kenaikan permintaan sepeda hingga 300% menjadi sejarah baru dalam industri sepeda tanah air. Yang menjadi berbeda dari siklus lonjakan sepeda ini bukan hanya dari besaran angka permintaannya, tetapi dari sisi jenis sepeda. Bila siklus lonjakan di tahun-tahun sebelumnya, lonjakan permintaan dipicu karena ada tren jenis sepeda baru seperti seli atau fixie, tapi tahun ini lonjakan permintaan dikarenakan kebutuhan masyarakat untuk berolahraga menjaga kesehatan.

Selain itu, lonjakan permintaan sepeda kali ini diikuti dengan bertumbuhnya bisnis turunan atau bisnis seputar sepeda. Antara lain, bisnis sepeda bekas yang selama ini dipandang sebelah mata sekarang ikutan naik daun. Bahkan belakangan, sepeda mini jadul menjadi buruan pecinta sepeda. Istilah sepeda minion pun menjadi tren belakangan ini. Sepeda mini anak-anak yang batangannya hanya dijual Rp 50.000 hingga Rp 70.000 bisa disulap menjadi sepeda mini yang lebih keren hingga memiliki nilai lebih tinggi. Sepeda minion ini di pasar bisa dijual seharga Rp 2,5 juta. Yang pasti, belakangan ini lapak-lapak sepeda bekas juga menjadi buruan.

Selain itu, bisnis bengkel sepeda juga ikut terangkat dengan tren bersepeda. Banyak orang mengeluarkan simpanan sepeda mereka, dan minta didandani. Tak heran, bila jasa mengecat sepeda saja harus antri lama, baru bisa dilayani.

Mengikuti tren kekinian, bengkel sepeda tak hanya memberikan layanan perbaikan sepeda tapi juga ada yang sekaligus menawarkan sajian seduhan kopi plus salon. Para pengusaha yang jeli mencoba memberikan kenyamanan maksimal bagi orang yang sedang antri di bengkel sepeda. Belum lagi bisnis asesoris sepeda dan bisnis sewa sepeda, belakangan ini ikut panen.

Pasokan komponen sepeda

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkapkan, permintaan sepeda di tanah air sejatinya mencapai 8 juta unit per tahun. Sayangnya, dari permintaan itu produsen dalam negeri baru bisa memenuhi 25%.

Menurut Agus, tren yang melanda masyarakat mengenai hasrat memiliki sepeda yang tinggi, seharusnya bisa menjadi momentum produssen sepeda untuk unjuk gigi. Produsen lokal harus bisa memenuhi pasar 75% itu.

"Saya sangat mengapresiasi produsen sepeda di dalam negeri yang sudah mulai memenuhi komponen sepeda dengan produksi sendiri," kata Agus Gumiwang. Dia mencontohkan, United Bike, untuk sepeda kelas ekonomis sudah bisa memenuhi komponennya dengan produksi sendiri.

Pihak kementerian perindustrian bersama pelaku industri sepeda nasional pun mencoba menyisir komponen apa saja, khususnya komponen yang substansial yang masih impor yang sekiranya bisa diproduksi dalam negeri. "Kami ingin mendorong pasokan dari hulu sampai full bike sebanyaknya diproduksi lokal," ujar Agus.

Pemerintah mempunyai instrumen untuk memberi dukungan pada industri sepeda dan turunan agar agar bisa lebih tumbuh. Industri turunan yang dimaksud Agus adalah aksesoris. Menurut Agus, industri aksesoris sepeda ini juga sangat potensial. Salah satu instrumen yang diberikan pemerintah adalah SNI.

Agus juga menyebut, produk sepeda tanah air ini juga punya pasar potensial di luar negeri. Produsen sepeda United, sudah mulai memproduksi beberapa produk yang menjadi pesanan luar negeri. Ada sepeda tipe BMX besutan United yang dipesan khusus oleh Jerman. Artinya ada kepercayaan tinggi dari market yang standarnya relatif tinggi terhadap produk-produk yang dihasilkan oleh pabrik lokal kita, jelas Agus.

Agus  bilang, produsen sepeda tanah air sudah banyak yang melakukan ekspor, walaupun pangsa pasarnya baru 1%. Untuk itu, pihaknya akan melakukan pembinaan supaya industri sepeda tanah air bisa tumbuh.

Apalagi, menurut Agus, tren sepeda ini akan langgeng ke depannya. Kenaikan permintaan sepeda setelah PSBB direlaksasi itu bakal menjadi gaya hidup ke depannya. Tambah, pemerintah daerah banyak yang membangun infrastruktur nyaman bagi pesepeda.

PRODUKSI SEPEDA LIPAT KREUZ

Seli bikinan lokal 

Tak cuma pabrikan sepeda saja yang menuai mujur, produsen lokal kelas mikro kecil menengah berkesempatan menikmati euforia sepeda. Tengok yang dialami oleh Kreuz Bike. Produsen sepeda asal Bandung ini kebanjiran order. Antrian pesanan tercatat hingga tahun 2023. "Tepatnya, antrian inden sepeda kami sudah full sampai bulan September 2023," ujar Hendri Supriyadi, Public Relation Kreuz Bike Indonesia.

Nah, salah satu yang masuk daftar antrian itu adalah Presiden Republik Indonesia Joko Widodo. Hendri atau yang akrab disapa Mang Pedro ini mengungkapkan, Jokowi memesan sepeda Kreuz sekitar tiga bulan lalu. Sepeda yang dipesan full bike, bukan frame. Kreuz memang menerima pesanan frame atau full bike. Pedro bilang, pesanan sepeda lipat Jokowi bernuansa merah putih, dan diantarkan ke Istana Negara, Kamis (13/8).

Antrian pesanan Kreuz sebenarnya sudah mulai sejak akhir tahun lalu, tapi makin membludak belakangan ini. Inden cukup lama karena kapasitas produksi Kreuz Bike terbatas. Saat ini, Kreuz Bike digawangi delapan orang saja. Bengkel serta peralatan produksinya juga masih terbatas, dalam sebulan baru bisa memproduksi 10 hingga 12 unit.

Kapasitas itu bakal meningkat sekitar bulan Oktober mendatang. Saat ini, tim Kreuz sedang menantikan legalitas SNI dan ISO untuk sepeda buatannya. Semoga dalam waktu dekat sudah turun sehingga kami bisa berlari lebih kencang. Kami juga menyiapkan bengkel yang lebih luas, jelas Pedro.

Workshop Kreuz sekarang, luasnya kurang dari 100 meter persegi. Beberapa bulan ke depan siap menambah lahan menjadi sekitar 200 meter persegi dan diperkirakan Kreuz bisa meningkatkan produksi menjadi 50 unit per bulan.

Sepeda Kreuz, yang harga rangkanya antara Rp 3,5 juta sampai Rp 4 juta ini diminati karena modelnya mirip seli Brompton, dengan tiga lipatan. Hanya saja ada beberapa spek yang kami modifikasi yang menyesuaikan dengan kontur jalanan di Indonesia, jelas Pedro.

Produsen lain, yakni Cyclone Bike yang berbasis di Sidoarjo, Jawa Timur. Hanya saja, mereka belum mulai produksi. Kami baru open Pre Order pertengahan Agustus ini, jelas Nurahman, Product Manager Cyclone Bike.

Nurahman bilang, pihaknya mulai menyiapkan desain sepeda sejak dua tahun belakangan. Melalui akun Instagram, Cyclone Bike memperkenalkan desainnya. Tak disangka, pajangan foto desain sepeda Cyclone dibanjiri komentar follower. Akun IG yang baru dibuat pada Juli lalu, kini sudah ada 1600-an follower. Yang masuk tergabung ikut group telegram sudah sekitar 500 orang, ujar Nurahman. Sama seperti Kreuz, Cyclone diminati karena dia juga memiliki desain sepeda lipat model Brompton. Lipat tiga.

Menurut Nurahman, pihaknya tertarik memproduksi sepeda lipat tiga karena banyak peminatnya. Di sisi lain, Brompton tidak punya hak paten di Indonesia.

Nurahman, yang seorang engineering desain, mengaku terus melakukan pengembangan produk Cyclone dengan menampung masukan dari follower maupun anggota di Telegram. Saya harus menampung ide dan masukan mereka, karena kebanyakan para hobies sepeda jadi pasti tahu spek yang diperlukan dan dikembangkan, jelas Nurahman.

Saat ini, Cyclone sudah mulai memproduksi beberapa prototype. Hanya saja masih menimbang untuk bisa memproduksi secara masal. Menurut hitungan Nurahman, bila open PO dibuka paling tidak angka 500 pemesan sudah di tangan. Artinya, saya harus menyiapkan metode supaya pemesan tak kecewa. Jadi saya sedang siapkan metode supaya bisa memproduksi massal, ujar Nurahman.

Nurahman mengatakan, pihaknya sanggup untuk memproduksi 1.000 unit frame sepeda sebulan. Ini bukan angka mimpi, sebab Nurahman memiliki rekanan 20 UMKM di Sidoarjo yang terbiasa memproduksi suku cadang sepeda motor. Bahan baku dan proses pengolahannya hampir sama. Hanya desain yang berbeda, jelas Nurahman.

Nurahman bercerita, selama adanya covid-19, 20 UMKM yang selama ini memproduksi suku cadang sepeda motor sempat kehilangan pekerjaan. Karena itu, Nurahman beserta tim Cyclone Bike mencoba mendesain sepeda sehingga para UMKM itu nantinya bisa tetap berproduksi. ***

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Reporter: Fransiska Firlana
Editor: Hendrika
Share :
Artikel Lainnya