Anda Belum Login,
silakan login atau register ?
Login Register
Pilih Edisi
Pilih Edisi
background
Buka Bisnis Kuliner di Zaman Digital
Reksadana Jagoan Penghasil Cuan

background
Panen Laba dari Usaha Menyewakan Sepeda
SEPEDA | 13 September 2020
Panen Laba dari Usaha Menyewakan Sepeda

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dari banyak penggowes, ada saja yang enggan beli sepeda, karena ingin dengan mudah berganti tunggangan. Selain lembaga yang suka gowes bareng, mereka inilah pasar bagi pengusaha sewa sepeda.

Ada yang berbeda ketika pandemi korona melanda. Kalau sebelumnya, banyak orang sibuk menghabiskan waktunya dengan bekerja, kini di sela kesibukannya, mereka mampu menyisihkan waktu untuk melakukan olahraga. Ya, selain olahraga lari, aktivitas gowes paling digemari.

Orang menyalurkan kegemaran gowes ini, sekarang bukan hanya saban hari libur atau akhir pekan, tapi pada hari kerja pun kita sering melihat para goweser di jalanan. Hobi bersepeda tidak hanya melanda kota besar di Jawa, namun juga sampai ke seluruh nusantara. Sepeda yang digemari pun beragam, dari sepeda lipat, MTB, dan macam lainnya.

Antusiasme bersepeda jelas memberi peluang bagi pemilik rental sepeda. Benar. Selain toko sepeda yang ramai pengunjung, rental sepeda diserbu orang. Pikir mereka, daripada beli dengan harga mahal dan jarang dipakai, lebih baik meminjam sesuai isi kantong dan tetap bisa membakar keringat.

Salah satu rental sepeda yang kebanjiran peminjam adalah Pondok Sepeda di Tangerang Selatan.

Berdiri sejak November 2012, Pondok Sepeda selalu ramai pengunjung bahkan di akhir pekan. Cuplis Supriyadi, pemilik Pondok Sepeda bilang dengan budaya bersepeda yang digerakkan bersama teman-teman, usahanya bisa bertahan. Bahkan cukup menjanjikan kini.

Sekarang, menurut dia, ada 300 unit sepeda yang disewakan ke pengunjung. Jenisnya beragam dari sepeda gunung, tandem, ontel, lipat dan lainnya. Harga yang dipatok cukup murah, hanya Rp 120.000 selama satu hari. Kata Cuplis, dalam sehari setidaknya ada puluhan orang menyewa sepeda di Pondok Sepeda.

Tak ditampik omzet yang didapat puluhan hingga ratusan juta tiap bulan. Meski tak menyebut pasti margin yang didapat, namun Cuplis mengaku keuntungan yang didapat tidak sedikit, sehingga cukup untuk menghidupi karyawan Pondok Sepeda.

Cuan pun dirasakan Aiz Fahruna di Pontianak, Kalimantan Barat. Menjalankan usaha sewa sepeda sejak awal Januari 2020, Aiz bisa mendulang kesuksesan. "Dalam sehari, setidaknya ada 50 orang yang menyewa sepedanya. Kalau akhir pekan bisa sampai 100 penyewa, bahkan lebih," ujar Aiz.

Aiz menyediakan 45 unit sepeda dengan bermacam sepeda, di antaranya mountbike, fixie, sepeda lipat, ontel, mountbike tandem, minion, dan bicycle motorcross (BMX). Harga yang dibanderol Aiz berkisar Rp 20.000 sampai Rp 35.000 tergantung jenis sepeda.

Lewat usaha sewa sepeda, Aiz mengaku bisa meruap omzet di atas Rp 20 juta sampai Rp 30 juta tiap bulan. Dari capaian omzet tersebut, dia bisa mencicipi margin lebih dari 10% setiap bulan. Dengan begitu balik modalnya tidak sampai setahun. Karena momennya juga pas, jadi balik modal cukup cepat, imbuh Aiz.

Senada dengan Adrian Koeswanto, pemilik Pik A Bike di Pantai Indah Kapuk. Dengan fasilitas yang memadai, ditambah olahraga bersepeda yang cukup populer, usaha sewa sepedanya pun laris pengunjung. Dalam sehari, Pik A Bike bisa melayani 10 sampai 15 orang. Saat akhir pekan, mereka harus melayani lebih banyak pelanggan, setidaknya ada 25 pengunjung yang menyewa sepeda. Jenis sepeda yang disewakan hampir sama. Kalau dijumlahkan, ada 20 unit sepeda yang disediakan untuk disewa. Adrian membanderol dengan tarif Rp 25.000 per jam. Dengan harga yang ramah kantong, setidaknya menarik minat pengunjung untuk menyewa sepeda.

Kerjasama dengan produsen sepeda

Apakah Anda tertarik ikut dalam persaingan usaha sewa sepeda?

Namanya saja penyewaan sepeda, jadi untuk memulai usaha ini, Anda perlu memiliki sepeda yang akan digunakan penyewa. Apapun jenis sepedanya, yang jelas kondisi harus layak pakai. Seperti yang diutarakan Adrian ketika menjalankan usaha Pik A Bike bersama rekan-rekannya. Menurut dia, semua jenis sepeda yang disiapkan untuk sewa ini harus dalam kondisi prima dan tidak boleh ada kerusakan atau cacat. Soalnya, kalau sepeda rusak, konsumen jadi tak nyaman, dan buntutnya bisa jadi promosi negatif untuk usaha Anda.

Adrian membeberkan saat memulai usaha ini, modal yang dikeluarkan di awal sebesar Rp 10 juta sampai Rp 15 juta. Dia bilang modal digunakan untuk membeli empat sepeda dan beberapa peralatan untuk membetulkan sepeda, seperti pompa, kunci L, dan lainnya.

Bila tak cukup modal, Anda bisa bekerjasama dengan produsen sepeda lokal untuk memasok sepeda dengan harga terjangkau. Misalnya, Adrian yang menggandeng Celcius Odessy Bike untuk memasok sewa sepedanya. Pengusaha sewa sepeda bisa mendapatkan kendaraan, sedangkan produsen dapat memperkenalkan produknya pada khalayak. Dengan begitu, modal yang Anda punya bisa dialokasikan untuk menyewa tempat atau membeli peralatan lain.

Nah, untuk tempat usaha sendiri, Adrian bekerjasama dengan pemilik kedai kopi. Jadi, dengan lapak di area kedai kopi cukup untuk sewa sepeda. Dirinya pun tak perlu mengeluarkan biaya besar untuk sewa tempat.

Serupa dengan Cuplis yang tidak mengeluarkan modal besar untuk menyewa tempat usaha. Dia bilang, di awal usaha, dirinya bersama rekan-rekan hanya mengandalkan sepeda yang dimiliki sebagai modal usahanya.

Tempat usahanya pun menggunakan parkiran kampus Cuplis. Caranya bagaimana? Dengan memasarkan lewat jejaring sosial instagram dan informasi ke komunitas sepeda, Cuplis berhasil menyewakan sepeda dari pemilik sepeda dan penyewa, dan dari situ, dirinya bisa meraup keuntungan sedikit demi sedikit.

Berbeda dengan Aiz yang mengeluarkan modal Rp 20 juta di awal usaha. Selain membeli beberapa macam sepeda, kata Aiz, dana tersebut juga untuk menyewa lapak kecil sebagai titik lokasi penyewaan.

Tidak hanya sepeda dan tempat usaha, rupanya Aiz juga menyiapkan modal untuk membayar pegawai. Maklum, untuk menjalankan usaha sewa sepeda, Anda tidak bisa sendiri. Selain membantu menyiapkan sepeda, memonitor penyewa, dan memeriksa sepeda yang dikembalikan, Aiz dibantu antara tiga sampai lima pegawai di tempat sewa sepedanya.

Sedangkan Cuplis mengaku tidak merekrut pegawai, melainkan dibantu rekan yang merupakan pendiri usaha Pondok Sepeda itu sendiri.

Pemasaran sewa sepeda lewat medsos

Di samping menyiapkan modal untuk membeli sepeda, dan menyewa tempat usaha, rupanya ada salah satu faktor yang tak boleh dilupakan dalam membesarkan usaha ini, yaitu mempromosikan dan memasarkan usaha sewa sepeda.

Kata Adrian, kunci kesuksesan dalam usaha sewa sepeda tak lepas dari pemasaran itu sendiri. Dirinya mengaku sempat menggunakan jasa promosi salah satu artis untuk menarik penyewa sepeda, agar mereka datang ke tempatnya. Waktu itu dibantu Boy William, dan dari situ follower kami naik dan banyak yang datang ke sini juga, ungkap Adrian.

Kendati demikian, Adrian menyerahkan kembali kepada Anda yang menjajal usaha ini. Bila tak cukup modal untuk endorsement, maka bisa menggunakan pemasaran lewat sosial media saja. Namun, jika cukup modal, promosi lewat endorsement patut diperhitungkan.

Selain dibantu salah satu artis, Adrian juga aktif menggunakan akun Instagram yang dibuatnya, untuk memasarkan usaha sewa sepedanya. Dari situ, beberapa komunitas sepeda bisa mengetahui informasi penyewaan sepeda Adrian. Alhasil pengunjung dari Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang juga rela antri di lapak Pik A Bike. Kalau sudah berhasil memperoleh banyak konsumen, menurut Adrian, pengelola juga harus bisa melayani mereka dengan baik. "Yang jelas kepuasan pelanggan juga jadi sarana pemasaran ampuh," pungkasnya.

Adapun Cuplis sampai saat ini hanya mengandalkan promosi lewat Instagram dan website. Dengan cara itu saja, menurut Cuplis, dia sudah berhasil merangkul banyak pelanggan. Penyewa sepeda Cuplis, tidak hanya kalangan masyarakat umum, melainkan instansi dan kementerian, seperti Telkomsel, Adhi Karya, Wijaya Karya, PLN, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial. Yang rutin setiap tahun pakai jasa kami itu Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, jelas Cuplis.

Serupa dengan Aiz yang hanya mengandalkan akun Instagram. Toh, kata Aiz dari situ dia bisa mendapat pesanan sewa dari beberapa sekolah, masyarakat umum hingga instansi Pemerintah Pontianak.

Edukasi penyewa sepeda agar Anda tak merugi

Sewa sepeda atau bike sharing Didi di Beijing

Salah satu hal yang harus jadi perhatian pengusaha sewa sepeda adalah kondisi sepeda yang mereka sewakan mesti selalu dalam kondisi prima, artinya tidak ada kerusakan fungsi (seperti kerusakan rem, pedal, roda, dan sebagainya) serta laik jalan. Maka, para pengusaha sepeda, umumnya memiliki peralatan bengkel standard, seperti kunci-kunci untuk mengencangkan dan pompa. Setelah sepeda dikembalikan oleh penyewa, atau sebaliknya sebelum diserahkan untuk disewakan, idealnya, para pengusaha ini memeriksa dengan cermat kondisi sepeda mereka. Tak heran, jika pengusaha sewa sepeda lazimnya membutuhkan bantuan karyawan atau rekan, karena harus selalu siap sedia di tempat sewa.

Agar tidak merepotkan, para pengusaha sepeda ini merasa perlu mengedukasi penyewa tentang aturan menggunakan sepeda di lapak mereka.

Bersepeda memang menjadi tren saat ini dan tentu menguntungkan usaha sewa sepeda. Tapi kami juga ingin menjaga fasilitas sepeda yang ada, dan beberapa penyewa tak mengerti itu, kata Cuplis Supriyadi, pemilik penyewaan sepeda bernama Pondok Sepeda yang berlokasi di Tangerang Selatan.

Cuplis mengatakan beberapa kali mendapati bahwa sepeda yang disewakannya ternyata rusak. Kalau sudah begini, ujar Cuplis, pemilik penyewaan harus merogoh kocek untuk memperbaiki sepeda tersebut di bengkel. Bukan apa-apa, jika nanti berpindah tangan tanpa ketahuan rusak, penyewa berikut yang kena getahnya.

Adrian Koeswanto, pemilik Pik A Bike di Pantai Indah Kapuk mengakui hal tersebut. Katanya, beberapa kali sepeda yang disewakannya, ternyata kembali dalam kondisi berbeda ketika awal diberikan. Kadang ada rantai yang copot, ban kempis, dan lainnya, papar Adrian.

Nah, karena sekarang masih ada pandemi, pengusaha sepeda juga perlu menyiapkan protokol kesehatan ketat dan beberapa peralatan tambahan seperti masker, disinfektan, dan hand sanitizer. Demi menunjang usaha dan kenyamanan pelanggan, Adrian bilang, mereka selalu menyemprotkan disinfektan setelah sepeda digunakan dan akan dipakai penyewa baru.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Reporter: Jane Aprilyani
Editor: Hendrika
Share :
Artikel Lainnya