Anda Belum Login,
silakan login atau register ?
Login Register
Pilih Edisi
Pilih Edisi
background
Buka Bisnis Kuliner di Zaman Digital
Reksadana Jagoan Penghasil Cuan

background
Ikuti Kiat-Kiat Bisnis Sparepart, Untung Berlipat
SEPEDA | 13 September 2020
Ikuti Kiat-Kiat Bisnis Sparepart, Untung Berlipat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren gowes di kalangan masyarakat tak hanya mengangkat penjualan sepeda saja. Penjual sparepart pun turut kebanjiran orderan dari pelanggan yang ingin memoles atau mengganti bagian sepeda agar menjadi lebih nyaman.

Kenaikan permintaan sparepart alias onderdil sepeda ini memang sejalan dengan kenaikan permintaan sepeda di tengah pandemi Covid-19. Baik pemain lama maupun pemain baru di bisnis sparepart sama-sama meraup omzet berlipat.

Muchtar Lutfie, pemilik kios sepeda dan sparepart Lutfie Jaya Bike di Depok, Jawa Barat, mengaku kebanjiran permintaan sejak dua bulan terakhir. Setelah Hari Raya Idul Fitri, permintaan mulai naik. Kebanyakan memang untuk sepeda lipat, tetapi semakin lama semua juga laku, tuturnya.

Pembeli mencari berbagai macam suku cadang, seperti rem, ban, setang, sadel, hingga pedal.

Sebagai pemain lama, Lutfie sebenarnya tidak kesulitan dalam mencari barang. Lutfie hanya meneruskan bisnis toko sepeda milik orangtuanya semenjak lulus sekolah menengah atas, yakni sekitar tahun 2000-an. Biasanya, Lutfie mendapat barang dari beberapa distributor di area Jakarta.

Meski beberapa barang masih mudah didapatkan, pandemi Covid-19 ini rupanya juga menghambat pengiriman beberapa barang. Sementara di sisi lain, permintaan terus meningkat. Akibatnya, Lutfie sering kehabisan stok onderdil yang dicari pembeli. Kami punya dua toko untuk sepeda dan sparepart, tetapi satu harus tutup sementara karena kekurangan barang, imbuhnya.

Sulitnya mencari barang juga dialami oleh Dea Dewa Fourthiza, pemilik toko aksesoris dan sparepart sepeda yang diberi nama Bread.pit. Memulai usaha sejak akhir 2017, Dewa awalnya menyiapkan modal antara Rp 50 jutaRp 100 juta termasuk biaya pengiriman dari luar negeri. Kala itu, ia membeli puluhan item berupa aksesori dan sparepart dari China. Setelah itu, barulah Dewa menjual kembali dengan mengambil sedikit margin alias keuntungan.

Dewa mengaku bisa menjual dengan cepat barang dagangannya. Maklum, sekitar tahun 20172018, tren bersepeda sudah mulai naik daun, terutama untuk sepeda lipat. "Waktu itu ambilnya frame set dan sparepart sepeda secara terpisah, karena kalau ambil full bike mahal di ongkos pengirimannya," terang Dewa.

Mengingat peminat cukup banyak, Dewa bisa dengan mudah menjual seluruh barang dalam waktu satu bulan. Usaha Dewa berjalan lancar hingga akhir tahun 2019.

Lalu, virus korona mulai menyebar di China hingga membuat pengiriman dari Negeri Tembok Raksasa itu terhenti. Sejak Desember 2019, pengiriman dari China mulai terhambat Covid-19. "Ketika China menerapkan lockdown, akses saya untuk membeli barang dari sana benar-benar terputus sampai sekarang," ungkapnya.

Meski demikian, Dewa tidak kehabisan akal. Ia yakin, setelah Covid-29 berakhir, akses untuk membeli barang dari China pun akan kembali dibuka. Selagi menunggu pemasok China bisa membuka bisnis lagi, Dewa mencoba mencari pemasok lain di luar China. Saya coba jajan sparepart buat sepeda sendiri dari Jepang. Dari situ saya mulai berfikir, kenapa enggak coba ramein lagi, lanjut dia.

Sayangnya, biaya pengiriman dari Jepang lebih mahal ketimbang dari China. Untuk itu, Dewa pun mengubah cara pembelian dengan sistem open PO (purchase order). Dengan begitu, biaya pengiriman bisa ditanggung bersama-sama oleh para pembeli. Memang, keuntungan yang didapat menjadi lebih kecil jika dibanding dengan sebelumnya. Tetapi, Dewa mengaku senang karena setidaknya bisa jajan gratis untuk onderdil sepeda miliknya.

Pada open PO pertama, Dewa berhasil mengumpulkan 50 orang peminat. Beberapa orang ada yang memesan lebih dari satu item. Bahkan ketika open PO pertama selesai, masih banyak calon pembeli yang menanyakan beberapa onderdil dan meminta open PO dibuka lagi. Akhirnya, Dewa membuka open PO kedua dan berhasil mengumpulkan ratusan pembeli dengan barang pesanan mencapai 500 item.

Toko sparepart sepeda online

Bukan hanya soal tren doang. Strategi pemasaran secara online turut andil dalam mendorong penjualan sparepart sepeda. Lihat saja, toko online Lutfie Jaya Bike di salah satu marketplace sudah memiliki lebih dari 4.600 pengikut.

Lutfie mengaku, ulasan positif di toko daring juga membantu menarik lebih banyak pembeli. Sejak mendirikan toko online di awal 2015, Lutfie Jaya Bike mendapat 20.106 feedback dengan 99% pembeli menyatakan puas pada produk dan layanan yang diberikan.

Jika menengok toko Lutfie Jaya Bike, ada lebih dari 200 jenis barang yang dijual. Ini meliputi sparepart dan aksesori. Beberapa barang terlaris antara lain ban luar, rantai, pedal, dan sprocket (roda gerigi). Barang termurah di toko Lutfie berupa chainstay protector frame, yakni pelindung frame dari gesekan rantai. Adapun harganya Rp 15.000 per item. Sedangkan barang termahal yakni satu set komponen untuk sistem penggerak sepeda seharga Rp 2,5 juta.

Dari sisi ketersediaan barang, toko kami memang luamayan lengkap. Kami selalu punya barang yang diinginkan pasar, papar Lutfie.

Untuk saat ini, Lutfie mengaku banyak pembeli mencari roda sepeda lipat. Ia menjual dengan harga beragam, antara Rp 100.000 hingga Rp 1,2 juta per item.

Sementara, Dewa memang hanya menjual sparepart sepeda melalui online saja. Yakni, lewat Instagram dan membuka toko online di salah satu marketplace.

Di akun Instagram @bread.pit_ yang dikelolanya, Dewa memang sering mengunggah fotofoto sepeda serta sparepart dan aksesorinya. Untuk menarik lebih banyak pembeli, Dewa biasanya mendandani sepedanya terlebih dahulu dengan suku cadang atau aksesori baru. Biasanya orang akan banyak yang nanya: apa nih yang baru, dan ikut tertarik untuk membeli, imbuhnya.

Jika tertarik dengan sparepart atau aksesori yang diunggah, pembeli bisa mengikuti open PO. Informasi mengenai open PO juga dibagikan melalui akun tersebut.

Beberapa barang yang dengan peminat paling tinggi antara lain handlebar atau setang sepeda dengan harga Rp1 juta Rp1,8 juta, sadel atau jok sepeda seharga Rp 1,5 jutaRp 1,8 juta, dan ban gumwall dengan harga Rp 1 jutaRp 2 juta. Selain itu, stem sepeda seharga Rp 1 jutaRp 2 juta dan kerajang sepeda di kisaran harga Rp 200.000-Rp 600.000 juga memiliki banyak peminat, lanjut Dewa.

Ada juga beberapa pembeli yang memiliki permintaan khusus untuk dicarikan barang tertentu yang tidak ada dalam dalam daftar open PO. Dewa mengaku pernah mencari sparepart pesanan pembeli dengan harga Rp 30 juta.

Tak lupa, Dewa masuk pula ke komunitas pesepeda. Selain menjadi tempat untuk menyalurkan hobi bersepeda, di dalam komunitas Dewa juga bisa mempelajari keinginan pasar.

Peruntungan bisnis onderdil sepeda melalui online juga dijajal oleh Arif Fathoni melalui toko Hsaf Store. Baru memulai bisnis empat bulan terakhir, toko online Arif sudah langsung diserbu pembeli yang keranjingan bersepeda.

Tanpa disengaja, Arif membuka toko online bersamaan dengan marakya kembali tren bersepeda.Saya sebenarnya hanya mengisi waktu luang saja, karena kebetulan sudah lama punya hobi bersepeda, ujarnya.

Sebelum membuka toko online, Arif mencari tahu terlebih dahulu barang-barang yang memiliki banyak peminat. Maklum, Arif memilih sistem ready stock, alias membeli dulu barang-barangnya kemudian baru menjualnya kembali. Dengan sistem ini, Arif berisiko menanggung rugi jika barang yang sudah dibelinya ternyata tidak terjual habis.

Awalnya, Arif memang hanya menjual aksesori semata dengan modal Rp 1 juta. Lalu, seiring dengan bertambahnya modal dan peminat, Arif mulai memperbanyak item penjualan, hingga ke sparepart sepeda.

Barang-barang yang dijual Arif berasal dari beberapa pemasok, baik dari dalam maupun luar negeri. Dari dalam negeri, Arif mendapatkan pasokan barang melalui pembelian online dari distributor sekitar Jakarta. Sementara dari luar, Arif beruntung karena masih bisa membeli barang asal China meski masih ada penyebaran Covid-19. Tetapi memang pengiriman menjadi lebih lama. Yang seharusnya bisa tiga minggu menjadi satu bulan hingga dua bulan, cetusnya.

Selain toko online, Arif juga memanfaatkan media sosial Instagram. Ia membuat akun bisnis, dan kemudian melakukan promosi agar mendapat banyak pengikut.

Barang-barang di Hsaf Store memang cenderung lebih murah lantaran sebagian besar didominasi oleh aksesori sepeda. Beberapa aksesori seperti lampu sepeda, lampu rem, dan bel sepeda djual dengan harga puluhan ribu.

Namun, pencari sparepart juga bisa mampir ke toko Arif. Beberapa onderdil yang tersedia di toko ini antara lain roda sepeda dengan harga kisaran Rp 800.000 dan sadel seharga Rp 135.000.

Selama menjalankan bisnis online, Arif mengaku tidak menemui banyak kesulitan. Hanya saja, semakin tingginya peminat sepeda membuat permintaan akan sparepart juga semakin kencang. Imbasnya, Arif seringkali menemui kesulitan mencari beberapa barang. Kadang saya sudah cari ke banyak supplier, tapi semuanya kosong, paparnya.

Bersepeda

Kenaikan penjualan sparepart sepeda

Bisnis sparepart sepeda memang diramaikan oleh banyak pemain. Ada pemain lama yang memang sudah menggeluti bisnis sepeda, sparepart dan aksesoris selama puluhan tahun. Ada pula pemain yang baru masuk beberapa bulan terakhir dan menjadikan bisnis sparepart sebagai pekerjaan sambilan.

Meski demikian, tren sepeda rupanya mendatangkan cuan bagi semua, baik pemain lama maupun pemain baru. Muchtar Lutfie, pemilik kios sepeda dan sparepart Lutfie Jaya Bike mampu meningkatkan omzet berkali-kali lipat semenjak dua bulan terakhir. Tepatnya ketika banyak orang memilih bersepeda sebagai hobi dan olahraga pada saat pandemi Covid-19.

Sebelum ada Covid-19, Lutfie mengaku bisa mengumpulkan omzet sekitar Rp 50 juta-Rp 100 juta per bulan. Sementara omzet toko Lutfie setelah pandemi bisa mencapai Rp 200 juta-Rp 500 juta per bulan. "Pesaing memang semakin banyak, tetapi ternyata kami masih bisa jalan dan apa yang kami jual, juga masih banyak yang cari," ujarnya.

Kenaikan omzet juga dirasakan oleh Dewa Fourthiza, pemilik toko online bread.pit_.

Tak sia-sia Dewa kembali meramaikan pasar sparepart sepeda, meski mereka juga kesulitan mendapat pasokan barang dari China. Nyatanya, Dewa bisa meraup omzet di kisaran Rp 100 juta-Rp 150 juta per bulan. "Sebelum corona, omzet kami hanya di kisaran Rp 50 juta-Rp 75 juta per bulan," imbuhnya. Cuan ini tentu cukup membuat ketagihan Dewa yang menggeluti bisnis ini, sembari bekerja sebagai digital marketing di sebuah perusahaan.

Demikian juga dengan Arif Fathoni, yang membuat toko online Hsaf store sembari bekerja sebagai karyawan. Makanya, Arif selalu mengirimkan barang pada H+1 setelah dilakukan pembayaran. "Karena barang saya kirim pagi sekalian berangkat ke kantor," ungkapnya.

Meski merupakan pekerjaan sambilan, bisnis sparepart dan aksesoris yang Arif jalani, ternyata mampu mendatangkan omzet hingga Rp 5 juta per bulan. Penjualan semakin naik. Sebelum ada kebijakan Work From Home, paling hanya ada 1-5 pembeli per hari.Sekarang, saya bisa melayani sekitar 20 pembeli per hari, tutur Arif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Reporter: Wuwun Nafsiah
Editor: Hendrika
Share :
Artikel Lainnya