Anda Belum Login,
silakan login atau register ?
Login Register
Pilih Edisi
Pilih Edisi
background
Buka Bisnis Kuliner di Zaman Digital
Reksadana Jagoan Penghasil Cuan

background
Cara Merintis Toko Sepeda Bekas
SEPEDA | 13 September 2020
Cara Merintis Toko Sepeda Bekas

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Booming sepeda yang terjadi belakangan ini, tak hanya menjadi berkah bagi toko sepeda baru atau bengkel sepeda. Soalnya, banyak orang juga mencari sepeda bekas. Apa pasal? Salah satu penyebabnya adalah melonjaknya harga sepeda baru. Lagipula, meskipun produk bekas, sepeda-sepeda yang ditawarkan pedagang sepeda seken tetap memiliki kualitas yang baik dan, tentunya, masih dapat digowes.

Alasan lain orang memburu sepeda bekas adalah karena produk bersangkutan sudah discontinue atau jarang diproduksi atau jamannya sudah lewat. Contoh konkritnya adalah jenis sepeda fixie. Hal ini dialami oleh Mocces Collection, penjual sepeda fixie bekas berbahan besi di Sidoarjo, Jawa Timur.

Sebelum masa booming sepeda melanda ini, Mocces Collection hanya mampu menjual 5-10 unit sepeda dalam seminggu. Namun, usai lebaran mereka bisa menjual lebih 13 unit sepeda dalam seminggu. "Tapi makin ke sini, memang semakin sedikit penjualannya, karena kami sulit menemukan stok sepeda," ujar Trinovi, pemilik Mocces Collection.

Trinovi sudah berjualan fixie bekas sejak enam tahun lalu. Awal mulanya, ia hanya menjual langsung sepeda bekas yang disukai sebagian orang itu.

Pada awalnya dulu, menurut Trinovi, peminatnya kebanyakan mahasiswa yang kuliah di Sidoarjo dan Surabaya. Belakangan, karena ikut tren berjualan online, pamor Mocces Collection makin moncer dan namanya dikenal secara lebih luas. Tak heran jika penjualan lewat media sosial dan marketplace makin gencar. Sekitar 90% penjualan sepeda mereka, dilakukan secara online.

Sepeda fixie yang dijual Mocces Collection adalah sepeda rekondisi. Jadi biasanya, Trinovi akan mengecat atau mengganti komponen yang rusak dengan yang baru, sebelum menjual kembali sepeda fixie tersebut.

Selain Mocces Collection, Seli Sepeda juga merasakan hal yang sama. Sesuai dengan namanya, usaha rumahan yang berlokasi di Bintaro, Jakarta Selatan ini, berbisnis jual beli sepeda lipat bekas.

Riyan, pemilik Seli Sepeda mengaku hobi bersepeda sejak tahun 2009. Dari hobi gowes, menurut Riyan, ia kerap melakukan jual beli koleksi sepeda pribadinya. Hal tersebut dilakukan cukup lama, hingga pada 2018, ia serius berbisnis sepeda bekas.

Waktu awal berbisnis sepeda, menurut Riyan, sebenarnya ia berniat membuka toko sepeda baru, bukan sepeda bekas. Tapi, ia banyak ditolak menjadi reseller atau distributor karena modalnya tidak besar. Itu sebabnya, ia tetap bertahan jual beli sepeda bekas.

Hanya saja, makin ke sini, Riyan malah mensyukuri bisnisnya. Soalnya, kata Riyan, bisnis sepeda lipat bekas itu tak ada matinya. Permintaan sepeda lipat bekas tidak kalah tinggi dibanding sepeda yang baru, terlebih sekarang ketika harga sepeda baru cenderung mengalami kenaikan. Masyarakat yang membeli sepeda bekas, merasa bahwa dengan harga jauh lebih murah, fungsi bersepeda pun tetap sama.

Selain para peminat sepeda tersebut, kata Riyan, pasar yang dibidiknya adalah pesepeda musiman. "Mereka merasa nanti akan bosenan, jadi buat apa beli sepeda baru dengan harga mahal, kalau hanya dipakai sebentar," kilah Riyan yang semenjak pandemi ini bisa menjual sekitar 10 unit sepeda lipat per bulan. Ia menawarkan sepeda bekas dagangannya di media sosial dan marketplace.

Sepeda yang dijual Riyan di antaranya Polygon, Pacific Noris, Element Troy, United Norm. Kisaran harga jual sepeda di Seli Sepeda adalah Rp 2,5 juta sampai Rp 7 juta. Dari harga jual itu, Riyan memperoleh keuntungan sekitar 20% hingga 30%.

Harga sepeda bekas premium

Para goweser juga membidik sepeda bekas premium. Arifan, pengelola toko sepeda premium VelOzbike di Bandung atau dikenal dengan Instagram GeraisepedaMTB mengaku peminat sepeda bekas benar-benar makin banyak. Apalagi, banyak bos perusahaan swasta maupun pemerintah yang kini gemar bersepeda. Arifan meyakini, para atasan itu mendorong anak buahnya ikutan berburu sepeda. Sepeda yang dijual VelOzbike memang sepeda bekas merek luar negeri seperti merek Giant, Pinarello, Trek dan lainnya.

Arifan menjelaskan pasarnya lebih kepada konsumen yang memiliki dana besar. Pasalnya, sepeda yang dijual VelOzbike berbahan karbon dan harganya relatif mahal. Sasarannya, mereka yang daripada beli brand lokal dengan harga Rp 15 juta - Rp 20 jutaan, memilih bekas tapi yang branded, ujarnya.

Menurut Arifan, tak bisa dipungkiri masyarakat Indonesia khususnya di Bandung, apalagi yang masuk ke komunitas, lebih mementingkan brand dan kemewahan ketimbang sepeda baru.

Jika produsen sepeda tidak bisa langsung ngebut memenuhi permintaan konsumen, sehingga pasokan kurang dan harga naik, hal serupa dialami pula oleh para pedagang sepeda bekas.

Saat ini, pasokan sepeda bekas sulit didapatkan. Trinovi mengatakan jika biasanya ia mengambil pasokan sepeda bekas dari pasar loak di Surabaya dan Sidoarjo, kini dari pasar-pasar tersebut sulit diharapkan mendapatkan sepeda fixie. Alhasil, Trinovi harus berburu sepeda bekas ke Kediri, demi memenuhi permintaan konsumennya.

Di Kediri, menurut Trinovi, ia biasa mendapatkan sepeda bekas dari Kampung Inggris. Ini adalah kampung di Desa Pelem dan Tulungrejo, Pare, Kediri, yang terkenal sebagai tempat belajar Bahasa Inggris. Di masa biasa, kampung ini ramai dengan pendatang, sehingga banyak pula pengusaha rental sepeda. Namun, dalam masa pandemi, Kampung Inggris sepi, alhasil sepeda yang biasanya disewakan pun akhirnya banyak dijual.

Karena sulit mendapat pasokan sepeda, Trinovi menaikkan harga sepeda bekas dagangannya. Biasa dengan Rp 600 ribu sampai Rp 700 ribu, orang bisa mendapatkan sepeda fixie seken dari Trinovi, sekarang harganya beda. "Bahan mentahnya saja sudah susah, maka saya naikkan harganya," kilahnya.

Info saja, sepeda yang dijual Mocces Collection berkisar Rp 800 ribu hingga Rp 1 juta. Dari harga tersebut Trinovi mengaku mendapat untung sekitar 20%-30% per sepeda.

Sepeda lipat pun juga sulit pasokan, Riyan mengaku, belakangan ia sering mengalami, begitu memposting foto sepedanya pada malam hari, pagi harinya sudah ditawar oleh orang. Sampai rebutan. Ada pembeli yang dari luarkota baru tanya ke kami soal ongkos kirimnya, eh tak tahunya ada konsumen lain yang langsung datang ke sini mau beli sepeda yang sama, dan bayar tunai sepedanya, kisah Riyan.

Hal serupa juga dirasakan oleh VelOzbike. Jika biasanya stok di toko bisa 15-20 unit sebulan. Saat ini hanya ada stok 5 unit saja. Itupun hanya dua yang stok kami. Sementara yang tiga adalah barang titip jual, kata Arifan.

Arifan memang menerima barang titipan untuk dijualkan oleh VelOzbike. Untuk sepeda macam ini, Arifan mengenakan biaya 5% dari harga jual yang sudah disepakati antara penitip dengan pembeli. Hanya saja, berbeda dengan dagangannya sendiri, sepeda tersebut samasekali tidak dipoles oleh pihak VelOzbike. Jadi, memang benar-benar dijual apa adanya. Arifan menerima jenis sepeda apapun untuk dititip jual, termasuk sepeda lipat, asal harganya di bawah Rp 10 juta.

Sementara pasokan sepeda yang dijual VelOzbike biasanya diperoleh dari barang-barang pribadi konsumen, baik yang tinggal di dalam maupun di luar negeri. Selain itu, VelOzbike mengambil sepeda bekas dari komunitas-komunitas juga yang ingin melakukan tukar tambah sepeda mereka. Tapi kalau harga sepeda di bawah Rp 10 juta kami belum bisa tukar tambah ya. Karena kan kami mainnya memang kelas atas, kata Arifan.

Saat ini, harga sepeda yang dijual oleh VelOzbike terlihat mulai ditawarkan dari Rp 15 juta hingga Rp 75 jutaan.

Nah, selama booming sepeda kali ini, Arifan mengaku tak menaikkan harga sepeda dagangannya. Semua harga sudah disesuaikan dengan harga pasaran Tengok saja, di media sosial harga sepeda merek Focus dibanderol Rp 29 juta, malah VelOzbike akan menjual dengan harga lebih rendah dari pasar misalnya menjadi Rp 27,5 juta.

Justru kami jual di bawah harga pasar. Kami memantau media sosial karena kompetitor pasti saling memonitor. Jangan sampai harga yang kami tawarkan itu, lebih tinggi dari kompetitor, jelas Arifan.

Memilih sepeda bekas

Meski pasokan sepeda bekas kian menipis, Trinovi mengaku tetap tak sembarangan membeli sepeda yang akan dijual lagi. Ia tetap memperhatikan kondisi sepeda fixie yang sekiranya masih layak jual.

Memang, ada beragam kiat memilih sepeda layak jual. Jika Anda ingin ikut berbisnis sepeda bekas, kunci utamanya adalah carilah sepeda yang bisa digowes.

Masing-masing jenis sepeda punya fokus sendiri. Untuk fixie, misalnya, menurut Trinovi rangka besinya tidak keropos atau peyang. Jika dua masalah itu terjadi, maka sepeda yang Anda temukan akan sulit untuk dimodifikasi. Biasanya Trinovi tetap membeli sepeda dengan kondisi besi yang kurang baik, untuk diambil komponennya. Jadi, misalnya saya beli 10-15 sepeda, biasanya ada 3-4 sepeda tidak akan dijual, tetapi kami ambil sparepart dan asesorisnya yang masih layak pakai, terang Trinovi.

Trinovi menyarankan jika tertarik dengan sepeda fixie, harus memperhatikan sambungan pipanya. Apakah itu bekas dilas atau keropos ditambal. Kemudian perhatikan pelek dan rujinya. Jika pelek sudah peyang maka sulit direparasi.

Nah, berburu sepeda bekas online, jelas butuh cermat dan jeli, karena kebanyakan mengandalkan foto belaka.

Sementara Arifan mengatakan dalam memilih sepeda premium kunci utamanya kondisi sepeda tidak retak dan memang pemakaian sepedanya tidak capek. Maksudnya, dilihat dari cara penyimpanan sepedanya tidak jorok, tidak sering jatuh, bodi sepedanya mulus dan tidak ada cat-cat yang terkelupas.

Selain itu lihat juga komponennya seperti rem, shifter, wheel setnya. Misalnya bodinya tidak terlalu wah, tipenya lama, tetapi kalau komponen groupsetnya unggul, apalagi berbahan karbon, itu jelas akan kita ambil, kata Arifan.

Sekedar info, groupset ada yang berbahan besi, alumunium, karbon dan alumunium. Arifan bilang harganya pun bervariasi mulai dari Rp 1 juta hingga Rp 40 juta.

Sementara yang tertarik sepeda lipat, Riyan mengatakan kondisi utama yang harus diperhatikan adalah sepeda itu mudah dilipat atau tidak. Sementara untuk bagian lain seperti gigi, rem, shifter masih dapat diganti. Biasanya kalau jarang dilipat. Setahun saja tidak dilipat, bagian itu akan keras. Makanya kalau punya sepeda lipat harus sering dilipat, pesan Riyan.

Seperti juga pedagang sepeda baru, penjual sepeda bekas tak boleh meremehkan konsumen mereka, baik yang datang langsung ke toko maupun yang membeli secara online. Itu sebabnya, Trinovi pilih untuk mengganti biaya perbaikan sepeda, jika ada pembelinya yang komplen, meski ia berhubungan secara online. Itu demi kepuasan pelanggan. 

Ongkos kirim sepeda

Sentra Penjualan Sepeda Bekas

Kendati para pedagang sepeda bekas yang dihubungi KONTAN berlokasi di Jawa, namun peminat sepeda bekas tidak berasal dari pulau ini saja. Lebih lagi, para pedagang sepeda itu berjualan secara online, sehingga pembelinya bisa datang dari manapun. Mocces Collection, Seli Sepeda, dan VelOzbike mengaku banyak pembeli yang datang dari pulau lain seperti Sumatra, Sulawesi, Kalimantan dan Bali. Para pembeli dari luar pulau Jawa ini menyadari bahwa mereka harus menanggung ongkos kirim yang cukup besar, namun begitu mereka toh tak mundur. Maklum saja, mereka ini berjualan unit sepeda, yang pastinya berukuran besar untuk pengiriman.

Mocces Collection kerap mengirimkan sepeda dagangan mereka ke Pulau Bali, Sulawesi dan Kalimantan. Basanya untuk pengiriman dari Jawa ke Pulau Bali, Trinovi, pemilik Mocces Collection menggunakan jasa kirim Elteha. Ongkos kirimnya sekitar Rp 150.000. Sementara untuk pengiriman ke Pulau Sulawesi dan Kalimantan, kata Trinovi, biasanya mereka menggunakan jasa kargo. Biaya yang harus dibayar berkisar Rp 300 ribu hingga Rp 500 ribu.

Arifan, pengelola VelOzbike bilang bahwa sepeda premium yang ditawarkannya, ternyata menarik peminat dari pembeli yang berlokasi di Jawa, Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi. Soal pengiriman, kata Arifan, menjadi pembicaraan antara dirinya dan pembeli. Biasanya untuk biaya pengiriman, disesuaikan dengan budget mereka, kata Arifan.

Lantaran menjual sepeda premium, VeLOzbike kerap menggunakan Lion Parcel dan Herona untuk pengiriman sepeda kepada pembeli. Biaya pengiriman untuk Pulau Jawa sekitar Rp 250 ribu hingga Rp 300 ribu. Sementara, biaya dengan tujuan luar Pulau Jawa berkisar antara Rp 800 ribu hingga Rp 2,5 juta.

Riyan, pemilik Seli Sepeda mengatakan peminat sepedanya yang berlokasi di Pulau Sumatra rela merogoh kocek Rp 200.000 hingga Rp 700.000 untuk biaya pengiriman ke sana. Jika ingin murah, Riyan menyarankan agar pembeli sepedanya menggunakan JNE Tracking, tetapi jika ingin cepat dengan harga yang mahal biasanya ia akan menyarankan menggunakan jasa pengiriman yang regular.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Reporter: Francisca Bertha Vistika
Editor: Hendrika
Share :
Artikel Lainnya